Ada Apa?, Jiamsi Terkenal Ko Salim Keluar dari Kelenteng Kwan Sing Bio Tuban
halopantura.com Tuban – Nama Ko Salim sudah tidak begitu asing di telinga masyarakat Tionghoa. Ia merupakan seorang Jiamsi atau peramal terkenal yang ada di kompleks Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD) Kwan Sing Bio Tuban, Jawa Timur.
Keberadaan Ko Salim di kelenteng ini tidak pernah sepi dari tamu atau pengunjung yang masuk ke ruangannya untuk minta diramal dalam segala persoalan.
Kendati demikian, saat ini keberadaannya sudah tidak ada di Kelenteng terbesar se-Asia Tenggara itu.
Hal tersebut terlihat dari tulisan yang berisi “Saudara Salim (Petugas Jiamsi) sudah keluar dari Klenteng Kwan Sing Bio Tuban”. Kabar itu ditulis di kertas putih yang tertempel di depan ruang kaca yang biasanya digunakan Ko Salim.
Pihak pengelola TITD Kwan Sing Bio Tuban tidak mengetahui secara persis persoalan tersebut. Sebab saat ini pihak kelenteng tengah fokus pembenahan atau perbaikan fisik yang ada didalam kelenteng.
“Saya baru satu bulan disini, sejak per 1 April 2022. Masalah apa saya tidak tahu,” kata Soejanto, salah satu tim asal Surabaya yang ditunjuk untuk mengelola Kelenteng Tuban, Senin (16/5/2022).
Pembenahan sudah mulai berjalan dengan melalukan bersih-bersih dan pengecatan di sejumlah ruang yang ada di kelenteng. Hal itu untuk memberikan rasa nyaman bagi masyarakat yang ingin ke beribadah di kelenteng.
“Kita benahi dalamnya untuk bersih-bersih dan perbaikan,” jelasnya.
Sebatas diketahui, saat ini kewenangan dalam mengelola TITD Kwan Sing Bio Tuban untuk sementara waktu di serahkan kepada 3 tokoh konglomerat Jatim dan Nasional. Kondisi itu buntut dari konflik internal pengurus yang tidak kunjung selesai.
Ketiga tokoh Tionghoa tersebut adalah Alim Markus Bos Maspion Group, Soedomo Mergonoto Owner Kopi Kapal Api, dan Paulus Welly Afandi pengusaha Tionghoa asal Surabaya.
Mereka bertiga di percaya mengelola Kelenteng karena dinilai berjasa atas dibukanya gerbang pintu masuk kelenteng Tuban yang sebelumnya digembok selama tiga bulan sejak 28 Juli 2020. Pintu tersebut digembok karena ada konflik dua kubu pada kepengurusan kelenteng.
Baca juga : Pengurus Masih Kosong, Perayaan Waisak 2022 di Kelenteng Tuban Digelar Sederhana
Kemudian dalam kesepakatan itu juga menyebutkan, mengelola Kelenteng ini tidak memakai orang-orang Tuban yang bersengketa dan bertikai. Maka tim Surabaya berinisiatif mendirikan yayasan terlebih dahulu tanpa melibatkan kedua belah pihak yang sedang terlibat konflik.
Dalih itu dilakukan demi keutuhan dan keadilan selama pembenahan kelenteng. Namun, pengelola juga mempersilahkan orang-orang yang terlibat konflik untuk melakukan ibadah di kelenteng, tetapi untuk sementara waktu mereka tidak boleh ikut campur dalam mengelola tempat ibadah Tri Dharma ini. (rohman)