Anggaran Pendamping Stunting di Jombang Rp 6 Miliar Disorot

halopantura.com Jombang – Anggaran dana pendamping stunting sebesar Rp 6 miliar disoroti oleh LINK (Lingkar Indonesia untuk Keadilan) Jombang Jawa Timur.

Dirrktur LINK Aan Ansori mengaku kesal dan terganggu mengetahui cara Pemkab Jombang menanggulangi masalah stunting di daerah itu. Mereka mengalokasikan anggaran cukup besar, Rp.6 miliar.

Alih-alih untuk bantuan makanan dan dukungan gizi bagi penderita stunting dan ibu hamil, menurutnya anggaran sebanyak itu ternyata diprioritaskan untuk tenaga pendamping dalam bentuk dukungan pulsa, transportasi, dan rapat-rapat.

“Tidak ada satu rupiah pun dalam anggaran itu untuk dukungan makanan minuman bergizi bagi ibu dan anak korban stunting,” kata Aan dalam keterangan tertulis yang diterima, Senin (16/7/2023).

“Padahal, menurut Kemenkes, ada 5 cara mencegah stunting, semuanya berkaitan langsung dengan kondisi ibu dan bayi,” lanjut Aan.

Ia menjelaskan, kelimanya adalah memenuhi kebutuhan gizi sejak hamil, ASI eksklusif bagi bayi selama 6 bulan, makanan pendamping ASI, menjaga kebersihan lingkungan dan konsisten memantau pertumbuhan anak.

“Jika pendekatakan Pemkab Jombang seperti ini, bagaimana mungkin stunting bisa secara efektif akan diturunkan? Kebijakan seperti ini tidak sensitif, sangat menyedihkan, tidak cerdas dan terasa mengkomersialisasi ibu dan anak Korban stunting,” katanya.

Idealnya, dikatakan Aan, anggaran stunting dialokasikan secara proporsiona. 50 persen untuk Korban langsung dan 50 persen untuk biaya dukungan pendampingan (transportasi, rapat, atk, dan pulsa).

“Jika pemkab Jombang tidak terlalu malas untuk berpihak pada ibu dan anak Korban stunting, harusnya idealitas pengalokasian bisa direalisasikan,” ucapnya.

Dalam hitungan dia secara kasar, seharusnya setiap satu Korban stunting, setidaknya, bisa mendapatkan dukungan makanan bergizi sejumlah Rp.50.000 per bulan selama setahun.

Dukungan itu hanya membutuhkan sekitar Rp. 3.212.400.000 saja, atau sekitar 50 persen dari total anggaran stunting.

“Aku mempertanyakan kenapa Pemkab Jombang tidak berani membela warganya terdampak stunting dengan cara seperti itu? Jika untuk masalah yang sangat krusial dan mudah seperti ini bupati dan wakil bupati tidak mampu, bagaimana mungkin mereka tanpa rasa malu berniat memimpin kabupaten ini lagi pada politik elektoral mendatang? Menyedihkan sekali,” terangnya.

Aan pun mendesak DPRD untuk berani menjewer eksekutif atas kebijakan terkait alokasi dana stunting ini. Jika perlu, bahkan, mengoreksi pengalokasiannya.

Diberitakan, anggaran stunting di Jombang Jawa Timur sangat besar, yakni sekitar Rp6 miliar. Dana itu bantuan dari kementerian kesehatan (Kemenkes) RI.

“Anggaran stunting kurang lebih sekitar Rp6 miliar sekian,” kata kepala DPPKB PPPA Jombang, Pudji Umbaran kepada wartawan, Jumat (14/7/2023) lalu.

Anggaran miliaran itu terbagi untuk bantuan operasional dalam bentuk pulsa, transport, Alat Tulis Kantor (ATK) dan transport pendampingan.

Pudji mengakui penggunaan anggaran tidak fokus untuk penanganan stunting. Namun diarahkan pada bantuan kepada tim pendamping keluarga.

Pihaknya mengharapkan bisa melakukan upaya pendampingan kepada keluarga terdampak stunting atau sudah terverifikasi berpotensi terjadinya stunting.

“Kami tidak bisa membantu makanan, memberikan menu yang membuat gizi mereka, tidak ada anggaran di tempat kami,” ungkap mantan direktur RSUD Jombang itu.

Pudji juga bahwa mengakui efektifitas belum maksimal karena tidak ada bantuan langsung yang bisa diberikan kepada keluarga terdampak stunting.

DPPKB PPPA Jombang hanya melakukan pendampingan dan pembinaan untuk melakukan pencerahan terhadap potensi-potensi stunting yang harus diperbaiki.

“Di antaranya melakukan konseling gizi, melakukan penimbangan bayi yang lahir,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Budi Nugroho mengaku anggaran penanganan Stunting dari Kemenkes dibagi dua, yakni Dinas Kesehatan dan Dinas DPPKB PPPA.

“Urusan penangan langsung ada di kami, penangan langsung di kasusnya,” ungkap Budi.

Adapun penangan langsung yakni mencakup pemberian obat tambah darah, makanan tambahan dan juga vitamin. “Intervensi langsung kasusnya,” ucap Budi. (fin/roh)

Tinggalkan Balasan