Aspikom Jatim : Medsos Mendorong Nihilisme Moralitas Politik dan Asosial
halopantura.com Surabaya – Perkembangan dan dampak penggunaan media sosial yang masif, khususnya dalam politik mendapat tanggapan serius dari para akademisi komunikasi yang tergabung dalam Aspikom Jawa Timur. Tanggapan itu dijelaskan secara detail dalam acara bedah buku turn back hoax Aspikom Jawa Timur, di Kampoeng Ilmu Surabaya, Jum’at, (18/8/2017).
Pengurus Aspikom Jatim, Surokim Abdussalam. mengatakan saat ini masyarakat semakin permisif terhadap pelanggaran di media sosial, etik tidak populer dan menjadi pegangan dikalangan anak muda, dan pertahanan diri mereka lemah dalam menerima, merespons, dan memverifikasi informasi.
“Generasi z sangat cepat mengakses media, tetapi tidak memiliki ketahanan literasi yang cukup hingga membuat mereka rentan terhadap isi media sosial, mereka tidak memiliki kemampuan menahan diri, melakukan verifikasi terhadap informasi hoax dan fake, bahkan kecenderungan mereka untuk asosisal dan kasus bunuh diri semakin banyak, fenomena ini sangat mengkhawatirkan” jelas Surokim dalam acara yang diselenggarakan Prodi Komunikasi Ubhara ini.
Aspikom Jawa Timur menyoroti Saat ini kalangan menengah tumbuh pesat, penggunaan medsos semakin masif tetapi pertahanan diri untuk menjadi konsumen media yang cerdas terasa diabaikan. Banyak isi media sosial yang hanya olok-olok, fitnah dan penuh informasi hoax serta fake.
Kondisi tersebut membuat, Aspikom semakin permisif dan toleran terhadap pelanggaran hingga menurunkan standar moral. Medsos menurut Surokim hanya mengejar aktualitas, kecepatan, sensitivitas, hingga menurunkan kualitas moralitas ruang publik.
“Pertanggungjawaban sosial rendah, pengendalian diri rendah, kita dibawa ke situasi dimana informasi muncul dalam gosip, desas desus, dan juga hoax dan fake tanpa ada yang bisa mengendalikan,” terang Surokim.
“Medsos hanya mengejar kontroversi, memecah belah, dan konflik sebagai barang dagangan. Sementara kita semakin lelah dan energi kita tersedot habis hingga kita terseret dan larut dalam situasi apatis, kita semakin permisif atas pelanggaran-pelanggaran etika dan moral yg seharusnya bisa menjadi sandaran kehidupan bersama dan sikap permisif itu menjadikan kita terhadap pelanggaran sebagai sesuatunya wajar, bahkan menjadi pola perilaku bersama,” tambahnya.
Hal sama juga diungkapkan Moh. Fadli, menjelasakan bahwa respek kepada sesama di medsos semakin menipis berganti menjadi ajang riuh olok olok dan saling hujat dan medsos kita riuh akan permusuhan dan konflik. Ini akan menjadi tsunami bencana informasi yang akan terus berlangsung jika tidak segera diantisipasi dan dicarikan solusi.
“Generasi z seharusnya menjadi prioritas utama kelompok sasaran yang harus memiliki kemmapuan literasi media,” tegas Fadli (rilis/roh)