Faktor Alam Sebabkan Patung Dewa Kelenteng Runtuh
halopantura.com Tuban – Patung raksasa Dewa Perang Yang Mulia Kongco Kwan Sing Tee Koen yang berada di halaman belakang Kelenteng Kwan Sing Bio Tuban, tiba-tiba runtuh, Kamis (16/4/2020) sekitar pukul 10.00 Wib. Pasca kejadian, kondisi bangunan patung menyisakan kerangka beton yang menjulang ke langit.
Dalam kejadian itu, pengurus kelenteng menegaskan penyebab utama runtuhnya patung setinggi 30,4 meter itu dikarenakan faktor alam yang lebih dominan. Seperti terkena cuaca panas, hujan dan tiupan angin laut. Sehingga terjadi musibah patung runtuh.
“Memang faktor alamnya dominan,” ungkap Alim Sugiantoro Ketua Penilik Domisioner Kelenteng Tuban, Sabtu, (18/4/2020).
Pihak kelenteng menilai tidak benar jika runtuhnya patung dewa perang ini di karenakan kontruksi bangunan kurang baik. Sebab, pasca runtuh kondisi kerangka beton masih berdiri tegak.
“Konstruksinya tidak apa-apa masih berdiri tegak, memang faktor alamnya dominan dan ini kekuasaan Tuhan,” tegas Alim panggilan akrab Ketua Penilik Domisioner Kelenteng Tuban.
Menurutnya, musibah ini adalah murni peristiwa tanpa ada campur tangan pihak-pihak lainnya. Serta kejadian ini benar-benar diluar dugaan kemampuan manusia.
“Ini murni kejadian alam, karena hanya berapa detik saja sudah bisa meruntuhkan patung. Semoga kejadian ini membawa hikmah,” ungkap Alim.
Menurutnya, dengan pengorbanan runtuhnya casing (selubung, red) baju kebesaran dewa Kwan Kong ini akan membawa tanda-tanda bahwa virus corona atau Covid-19 akan sirna di Negara Indonesia. Serta diharapkan semua rakyat Indonesia lebih waspada dan menjaga pola hidup bersih agar tidak terkena virus corona.
“Mari kita bersama-sama kompak bersatu untuk menuju Indonesia sehat dan bebas dari Covid-19,” ajak Alim Sugiantoro.
Lebih lanjut, Alim berharap semoga patung ini kembali bangkit dengan casing yang baru dan semuanya benar-benar menjadi fresh serta Pandemi Covid-19 berakhir. Sehingga, perekonomian kembali lancar dan masyarakat bisa merayakan HUT Kemerdekaan Republik Indonesia di tahun ini.
“Mari kita menghargai perjuangan-perjuangan pendahulu kita, dan menjaga persatuan untuk Indonesia yang kita cintai,” terang Alim.
Sebatas diketahui, patung dewa perang itu dibangun dengan biaya sekitar Rp 1,5 miliar dari salah satu donatur asal kota Surabaya bernama Hindarto dan Lie Suk Chen.
Patung yang dibangun menghadap ke arah laut itu diresmikan Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Zulkifli Hasan pada Senin (17/7/2017). Kemudian bangunan patung itu mendapatkan rekor MURI sebagai patung terbesar se-Asia Tenggara.
Selanjutnya, tiba-tiba patung tersebut runtuh dan tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut. Namun, suara runtuhnya patung raksasa itu sempat membuat masyarakat panik karena suaranya seperti pesawat jatuh. (rohman)