Gaya ‘Koboi’ Warga Pakel Berbuah Manis, Jadi Pengusaha Kopi Mak’e

Halopantura.com Tuban – Tujuh tahun yang silam, perjalanan hidup Agus Wibowo (40), salah satu warga Desa Pakel, Kecamatan Montong, Kabupaten Tuban dianggap masyarakat sekitar sebagai seorang yang nekat. Bagaimana tidak dengan uang Rp 250 ribu, ia nekat pergi ke Temanggung, Jawa Tengah dan Malang, Jawa Timur.

Disana bukan untuk belanja atau jalan – jalan, tetapi ia hanya membeli biji kopi mentah yang akan dijadikan produk kopi bubuk. Padahal, semenjak remaja ia jarang sekali minum kopi atau pergi ke warung kopi layaknya masyarakat yang mencintai minuman hitam pekat itu.

Namun begitu, gaya koboi Agus tersebut mengantarkan dia menjadi seorang pengusaha kopi yang sukses di bumi wali ini. Bahkan sekaran telah memiliki omzet ratusan juta setiap bulan dari usaha tersebut. Selain itu, dia juga telah sukses menciptakan citra rasa kopi khas Tuban yang di beri nama kopi Mak’e.

“Prinsip saya saat itu kepepet, dan dapat ide membeli biji kopi dengan modal awal Rp 250 ribu,” kata Agus Wibowo ini.

Usaha itu dirintis karena melihat masyarakat pada umumnya yang memiliki kebanyak hobi dengan minum kopi, baik disaat siang, sore atau malam hari. Dari ide itulah, Agus panggilan akrabnya terus mengembangkan usahanya hingga dikenal di pasaran produk kopinya.

Lamban laun, permintaan pembeli kopi racikan Agus itu semakin terus bertambah dan sangat laku di pasaran. Kondisi seperti itu membuat dia kekurangan modal untuk menambah produksi kopi buatannya sendiri.

Lagi – lagi gaya kobai itu muncul untuk mengatasi masalah permodalan. Akhirnya Agus memberanikan diri untuk meminjam uang sebesar Rp 20 juta dari sebuah bank untuk menambah modal. Tetapi apa yang terjadi, uang yang akan digunakan modal tambahan itu malah dibawa lari temannya ke Riau, Pulau Sumatra.

“Uang pinjaman saya dari bang malah di bawa lari teman kepercayaan saya. Tetapi saya optimis saja dan terus berusaha,” kenang memori susahnya Agus saat merintis kopi Mak’e ini.

Kejadian itu, tidak membuat Agus terpuruk atau putus asah. Tetapi malah membuat dia semakin bangkit untuk mengembangkan usahnya itu. Karena kerja kerasnya, hutan uang itu bisa dibayar lunas dan usaha kopi bubuknya semakin maju.

“Kejadian itu membuat saya terus bekerja keras, untuk membesarkan usahan ini,” terang Agus yang juga mantan sales Jamu.

Untuk proses penggorengan hingga pemasaran, Agus dibantu oleh 20 pekerjanya. Semakin hari, asset miliknya terus bertambah, sekarang sudah memiliki mesin penggorengan, mesin pembungkusan, dan mobil untuk mengirim kopi ke beberapa daerah.

Kopi bubuk itu dipasarkan di Tuban hingga luar daerah, seperti dikirim ke Rembang, Kudus, Bojonegoro, Blora, Purwodadi, Ngawi, Madiun, dan Ponorogo, serta beberapa daerah lainnya.  Sedangkan kopi kelas premium dipasarkan di Banjarmasin, Jakarta, Yogyakarta, Semarang, Surabaya, dan beberapa hotel. Setiap hari, ia menghasilkan lebih dari 800 kilogram kopi bubuk.

“Kelas ekonomis terus di cari konsumen, dan kemitraan terus kita bangun untuk membesarkan usaha ini,” terang Agus.

Saat ini, Agus memiliki empat jenis produk kopi. Mulai kopi bubuk arabica mix, robusta mix, robusta bland arabica, dan bubuk robusta jawa. Kopi mix tersebut memunculkan rasa berbeda dibanding kopi pada umumnya. (mus/roh)

Tinggalkan Balasan