Go Tjong Ping Blak-blakan Ungkap Patung Dewa Kelenteng Runtuh
halopantura.com Tuban – Runtuhnya patung raksasa Dewa Perang Yang Mulia Kongco Kwan Sing Tee Koen yang berada dihalaman belakang Kelenteng Kwan Sing Bio Tuban, terus menuai tanggapan dari berbagai pihak.
Kali ini tanggapan datang dari Go Tjong Ping Mantan Ketua Umum TITD Kwan Sing Bio Tuban. Bahkan ia pun blak-blakan untuk mengungkap penyebab runtuhnya patung dewa tertinggi se-Asia Tenggara tersebut.
“Runtuhnya itu pastinya 100 persen human error mulai dari arsitek, teknik sipil dan tukang pekerjanya termasuk pematungnya,” buka Go Tjong Ping kepada wartawan ini, Jumat, (17/4/2020).
Alasannya, ia menjelaskan jika dilihat dari kontruksi kerangka patung pasca runtuh, nampak sekali cara pembuatannya tidak sesuai dengan pakem teknik sipil. Sebab, kerangka patung itu mirip teknik membuat patung dengan ukuran satu meter ke bawah. Sehingga patung runtuh lantaran kontribusi kerangka tidak kuat menahan beban material bangunan patung.
“Patung setinggi 30,4 meter itu akhirnya runtuh dan rangka tengah yang masih berdiri itu tidak meninggalkan jejak bahwa patungnya itu menempel kuat pada rangka tengah,” ungkap Go Tjong Ping yang juga Anggota DPRD Provinsi Jatim dari Fraksi PDI Perjuangan.
Selian itu, kader banteng itu juga menilai bentuk wajah patung Kwan Kong tidak bagus dan tidak mirip dengan aslinya. Justru wajah patung terlihat seperti pelecehan terhadap Kongco Kwan Kong yang menjadi pujaan umat kelenteng.
“Seharusnya dibuat yang sempurna terutama bagian wajah atau kepalanya. Mungkin patungnya runtuh karena Kongco nya gak berkenan dengan kualitas patungnya,” beber Go Tjong Ping.
Politikus senior asal PDI-P itu menambahkan, kalau menghabiskan dana miliaran kenapa tidak diserahkan ahli pembuat patung dari Tiongkok saja. Seperti patung Nabi Kongzi, Kwan Im, Kwan Kong, Buddha yang dibangun dengan tinggi 70 meter sampai 100 meter masih berdiri hingga puluhan tahun.
“Kalau runtuh bukan karena gempa bumi, yang malu juga kita umat klentengnya bukan?,” jelas mantan Ketua Kelenteng dua periode.
Jika nanti dibangun kembali hendaknya memperhatikan kualitas kontruksi kerangka bangunannya. Serta melibatkan tenaga ahli yang berkualitas agar kejadian serupa tidak terjadi lagi
“Kalo kelak dibangun kembali hendaknya dibangun dengan lebih bagus kualitasnya dengan tenaga ahli yang berkualitas pula, jangan asal-asalan,” tegasnya.
Sebatas diketahui, patung dewa kelenteng yang dibangun dengan biaya sekitar Rp 1,5 miliar dari salah satu donatur asal kota Surabaya, tiba-tiba runtuh, Kamis (16/4/2020) sekitar pukul 10.00 Wib.
Suara runtuhnya patung raksasa itu sempat membuat masyarakat panik karena suaranya seperti pesawat jatuh. Alim Sugiantoro Ketua Penilik Domisioner Kelenteng Tuban menilai runtuhnya patung disebabkan karena cuaca.
Baca: https://www.halopantura.com/pengurus-kelenteng-ungkap-faktor-utama-penyebab-patung-dewa-runtuh/
Pihak kepolisian telah memasang garis polisi disekitar lokasi guna proses penyelidikan lebih lanjut. Termasuk masyarakat juga belum diperkenankan masuk demi menjaga aman.
Patung yang dibangun menghadap ke arah laut itu diresmikan Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Zulkifli Hasan pada Senin (17/7/2017). Serta bangunan patung tersebut mendapatkan rekor MURI sebagai patung terbesar se-Asia Tenggara. (rohman)