Hadiri HSN 2022, Pj Bupati Wahyudi Ajak Santri untuk Kembalikan Kejayaan Pidie
halopantura.com Pidie – Dua ribuan santri dari 200 dayah atau Pondok Pesantren (Ponpes) di Kabupaten Pidie mengikuti puncak Hari Santri Nasional (HSN) ke-7 yang dipusatkan di Alun-alun, Kota Sigli, Pidie, Sabtu (22/10/2022).
Kepala Pendidikan Dayah Pidie, Muslizar didampingi ketua panitia pelaksana, Tgk Mustajab Nyak Musa mengatakan, peringatan HSN ke-7 tahun ini lebih meriah selain dari tahun sebelumnya.
Selain dihadiri oleh Kapolres Pidie, AKB Padli, Dandim 0102/Pidie, Letkol Inf Abd Jamal Husin, Sekda Idhami, ulama kharismatik Pidie, Tgk H Ishak Lamkawee, juga turut hadir lima pengasuh Ponpes dari Jawa Timur.
“Beliau-beliau adalah Pencetus Hari Santri Nasional KH Thoriq Darwis bin Ziyad yang juga pengasuh Ponpes Babussalam Kabupaten Malang, KH Misyoroh Usman dari Ponpes Sulaiman Trenggalek,” kata Muslizar.
Ulama lainnya dari Jawa Timur yaitu KH Nabil Hasbullah, Pimpinan Kyai Muda Bersatu, Organ Pendukung Utama KH Makruf Amien dalam Pilpres 2019 yang juga Pengasuh Ponpes Darul Hikam Joresan Mlarak Ponorogo, KH Reza Hasbullah dari Ponpes Darul Hikam Joresan Mlarak Ponorogo dan KH Abdul Muis Azis dari Ponpes Al-Aziziyah Denanyar Jombang yang juga Cicit Muasis dan Pendiri NU KH Bisri Samsuri.
Disebutkan juga, seluruh santri yang menghadiri HSN ke-7 tahun ini melakukan pawai bersama menuju gedung Pidie Convention Center (PCC) guna melihat secara dekat berbagai kegiatan Pidie Bershalawat serta Pameran industri dari berbagai Satuan Kerja Perangkat Kabupaten (SKPK).
Pj Bupati Pidie, Wahyudi Adisiswanto dalam amanat singkatnya mengatakan santri yang merupakan insan taqwa Indonesia yang memiliki kekuatan besar dalam membentuk kekuatan negeri ini sejak awal sebelum merdeka.
Selain itu Wahyudi Adisiswanto menyatakan peringatan hari santri bukan hanya milik para santri saja melainkan milik bersama dari semua komponen bangsa di tanah air yang memiliki keteguhan dalam menjunjung nilai-nilai kebangsaan.
“Saya mengajak semua kalangan untuk dapat memanfaatkan momentum ini, merayakan dengan cara napak tilas perjuangan santri menjaga martabat kemanusiaan serta mengenang semua ulama Aceh yang banyak berjuang untuk Indonesia,” kata Wahyudi Adisiwanto, Sabtu, Pidie.
Wahyudi menyatakan, konteks santri yang paling utama adalah persoalan dalam mendidik akhlak yang baik dimulai dengan dilatih kedisiplinan. Karena semua permasalahan intinya ada diakhlak seperti kasus stunting, HIV, KDRT, perceraian dan narkoba.
“Jadi kalo kita bicara kebijakan berbasis data maka data yang terkumpul, dasar timbul kasus tersebut dari minimnya akhlak dan etika sehingga berunjung dengan kekerasan hingga berakhir tindakan kriminal yang menjadikan semuanya hancur,” katanya.
Disamping itu, persoalan tersebut juga terjadi karena perekonomian dalam keluarga, akibat tidak adanya penghasilan dari kepala keluarga guna memenuhi kebutuhan keluarganya.
“Paradigma objek konsep tersebut ada pada santri, pemuda dan ibu-ibu. Dimana semuanya diawali oleh santri yang berakhlak mulai dari basic agama yang dibina saat mereka menimba ilmu mulai sari dasarnya ilmu sehingga kuat akhlak yang mereka peroleh untuk dipertanggung jawabkan ke Allah,” kata alumnus Fakultas Pertanian Universitas Jember tersebut.
Oleh karena itu, Ia yakin dengan santri persoalan akhlak bisa teratasi sehingga persoalan ekonomi dalam sebuah wadah atau keluarga akan ditandingi dengan akhlak yang nantinya akan mewujudkan keseimbangannya.
“Saya juga bangga terhadap banyaknya ulama-ulama yang ada di Aceh, mereka berjuang dalam menegakkan kebenaran membela negara dengan mendidik santri-santri berkualitas, hal tersebut juga telah diakui oleh Kyai diluar Aceh,” katanya.
Menemukan Pidie yang Hilang
Wahyudi secara khusus menyinggung pesan Ulama Sepuh Aceh, Abu Langkawi yang menyatakan agar dirinya dan semua pihak di Pidie untuk menemukan kembali kejayaan Pidie yang hilang.
“Pesan Abu Langkawi yang juga doa ini menjadi penting bagi masyarakat Pidie yaitu untuk menemukan kembali Kejayaan Pidie yang hilang, tentunya slogan Salam Pidie Mulia menjadi sangat relevan untuk mengelorakan semangat mengembalikan kejayaan Pidie dan Aceh yang masa lalu telah memasuki era kemasan dan dicatat oleh sejumlah musyafir China yaitu Fa Hian dan I Tsing serta Ibnu Batutah dari Timur Tengah pada abad 5-7 Masehi itu,” tegas Wahyudi. (at/fin/roh)