Hotel Purnama Tuban Tutup, Pengelola Punya Utang Bayar Pesangon Karyawan Rp 1 Miliar
halopantura.com Tuban – Hotel Purnama Tuban akhirnya tutup karena manajemen sudah tidak mampu lagi menanggung beban operasional sejak awal bulan November 2022. Bahkan, sampai saat ini pemilik hotel masih punya hutang untuk membayar uang pesangon para karyawannya yang hampir mencapai Rp 1 miliar.
“Total hampir Rp 1 miliar,” ungkap Dwi Febriyanto, koordinator persatuan karyawan hotel Purnama Tuban usai menggelar aksi damai menuntun hak pesangon para karyawan, Senin (6/2/2023).
Menurutnya, total uang pesangon yang belum dibayarkan hampir Rp 1 miliar itu untuk 25 karyawan dan pegawai karena mereka sudah tidak bekerja disebabkan hotel sudah tutup. Besaran uang pesangon yang diterima setiap karyawan berbeda-beda berdasarkan masa kerjanya.
“Paling banyak uang pesangon yang akan diterima karyawan mencapai Rp 60 juta lebih dengan masa kerja 43 tahun,” jelas Dwi Febriyanto di depan pintu masuk hotel.
Hotel yang berdiri sejak 1977 silam itu milik empat orang asal Tuban yakni Nur Wulun, Fendy Astono, Agustinus A, dan Teguh Suratmad. Dimana, kini bangun hotel dengan 60 kamar juga akan dijual oleh pemiliknya.
“Hotel di jual Rp 50 miliar. Semoga ada orang baik, yang mau membeli karena hotel ini sangat berpotensi,” ungkap Dwi Febriyanto.
Menurutnya, persoalan tersebut telah dimediasi oleh pihak Dinas Tenaga Kerja dan Perindustrian Tuban. Salah satu kesepakatannya adalah hotel ditutup sejak awal November 2022 karena pemilik sudah tidak mampu menanggung beban operasional hotel.
“Teman-teman sudah tidak bekerja karena hotel tutup sejak awal bulan November. Gaji karyawan dan pegawai sudah diselesaikan semua dengan uang hasil pelelangan barang di dalam hotel, ,” tegas Dwi Febriyanto.
Termasuk, hasil mediasi menyebutkan bahwa pemilik hotel berkewajiban untuk membayar uang pesangon para pegawainya. Kendati demikian, kini pesangon belum terbayar karena pemilik masih menunggu hotel tersebut laku dijual.
“Hotel dijual untuk membayar pesangon karyawan. Komunikasi dengan pemilik hotel sudah dilakukan, tapi saling lempar,” ungkapnya.
Selain itu, Dwi Febriyanto menegaskan hotel ini sepi pasca pandemi Covid-19. Namun, hotel bisa berjalan jika pengelola atau pemilik hotel menjalankan apa yang direkomendasikan oleh dinas setempat.
“Kalau saya analisa purnama ini bisa lanjut, ini dikasih resep sama Disnaker tapi tidak dibuat oleh pengelola atau pemilik. Ya, gini hasilnya,” terangnya.
Baca juga : Seminar Energi Nasional, Rektor Unirow Tuban: Mahasiswa Jangan Hanya Jadi Penonton
Baca juga : 4 Penjudi Diringkus, Polisi Tuban Beberkan Motif Pelaku Ingin Kaya Mendadak
Lebih lanjut, para pemilik hotel belum bisa dikonfirmasi terkait persoalan tersebut. Pasalnya, ketika para karyawan demo tidak ditemui pengelola disebabkan gerbang hotel sudah terkunci rapat dengan terbentang banner bertuliskan “hotel dijual”. (rohman)