Kiai Jombang Tanggapi Masalah Politik Dinasti Jelang Pemilu 2024

halopantura.com Jombang – Kiai Jombang, KH Abdussalam Shohib atau Gus Salam angkat bicara menanggapi santernya wacana politik dinasti jelang pemilu 2024.

Menurut pengasuh Pondok Pesantren Mambaul Maarif (PPMM) Denanyar Jombang itu, upaya untuk mempertahankan jabatan sama halnya bayi menyusu pada ibunya.

Demikian juga soal putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang menuai pro dan kontra. Gus Salam beranggapan hasil akhir dari putusan MK telah menciderai Logika masyarakat, pemerintah itu menjadi tauladan dan penegakan hukum dijalankan berdasarkan asas keadilan dan kesetaraan.

“Tapi faktanya hari ini bahwa hukum itu dilemahkan, prihatin dan gak habis pikir,” ungkap Gus Salam kepada wartawan saat dijumpai di PPMM Denanyar, Jombang, Senin (6/11/2023).

Padahal, diterangkan Gus Salam, banyak tokoh bangsa yang kredibel dan berintegritas sudah mengingatkan.

“Dalam hal ini bapak presiden, tetapi kenapa beliau seakan tidak mau mendengarkan dan mengabaikan,” terangnya.

Tokoh bangsa seperti Gunawan Muhammad dan Hamid Awaludin, menurutnya orang yang berintegritas, yang komitmennya kepada bangsa tidak diragukan bahkan mereka menjadi pendukung Jokowi.

“Ketika memberi nasehat, kok diabaikan,” ujarnya.

Kendati begitu, cucu pendiri NU KH Bisri Syansuri ini tidak terlalu kaget, karena hal seperti itu sudah diingatkan oleh Nabi Muhammad SAW.

“Di Hadis dikatakan kamu itu nanti di hari akhir akan sangat berambisi untuk mendapatkan jabatan, tapi sesungguhnya itu akan membuat penyesalan atau keprihatinan nanti di hari kiamat,” kata Gus Salam.

“Kemudian dalam Hadist diakhiri dengan memang sungguh nikmat, sungguh lezat orang itu bayi yang menyusu kepada ibunya,” lanjutnya.

Dikatakan Gus Salam bahwa orang yang menjabat itu seperti bayi sedang menyusu pada ibunya. Menangis tinggal gendong, putingnya siap, jika tidur di bawah di gendong artinya semuanya dilayani.

“Lepas dari jabatan, oleh kanjeng Nabi diilustrasikan seperti bayi yang dihentikan dari menyusu ibu,” imbuhnya.

Makanya, sebut Gus Salam, orang akan mempertahankan kekuasaan dengan berbagai cara, seperti upaya tiga periode, upaya perpanjangan masa jabatan, itu semua gagal dan sekarang melanggengkan politik dinasti.

“Kita sebagai masyarakat sipil tentu harus mengingatkan bahwa kebaikan bangsa harus diutamakan dari pada kepentingan pribadi,” tandasnya. (fin/roh)

Tinggalkan Balasan