Kilang Tuban Mampu Kurangi Impor Minyak

halopantura.com Indramayu – PT Pertamina (Persero) terus berupaya menekan impor minyak dan gas (migas). Salah satunya, dengan mendirikan kilang minyak Grass Root Refinery (GRR) Tuban.

Hal tersebut disampaikan oleh Rustam Aji, Unit Manager Comunication dan CSR MOR V Jatimbalinus, di dalam acara kunjungan awak media Tuban dan Bojonegoro di kilang minyak RU VI Balongan, Indramayu, Jawa barat, Senin, (29/07/2019).

“Kilang Minyak Tuban salah satunya untuk mengurangi impor minyak mentah, tetapi tidak begitu seketika,” kata Rustam Aji di sela-sela diskusi bersama media.

Namun begitu, saat ini Pertamina masih mengoptimalkan 6 kilang minyak yang telah di miliki, dan bakal melakukan upgrade sejumlah kilang lama guna mencukupi kebutuhan BBM di tanah air ini. Sehingga Indonesia sudah tidak impor minyak lagi pada tahun 2025 mendatang.

“Program itu untuk mencukupi kebutuhan energi secara Nasional,” tambahnya.

Menurutnya, keberadaan kilang Tuban nantinya memiliki kapasitas produksi lebih besar di banding kilang yang telah di miliki. Seperti Kilang minyak Balongan saat ini kapasitas produksinya mencapai 125 ribu barel perhari.

“Kalau kilang minyak Tuban, kapasitas produksinya bisa lebih besar yakni 300 ribu barel perhari,” jelasnya.

Lebih lanjut untuk kebutuhan BBM dalam negeri sebesar 1,3 juta barel per hari (bopd) di tahun 2017. Kebutuhan BBM itu dipenuhi dari produksi minyak mentah dalam negeri, impor minyak mentah, dan impor BBM. Untuk memenuhi kebutuhan, jumlah BBM yang diimpor sendiri sebesar 370 ribu bopd.

“Pemerintah harus impor minyak untuk memenuhi konsumsi minyak nasional. Namun dengan adanya Kilang Minyak di Tuban dan upgrade kilang, kebutuhan minyak nasional dapat terpenuhi, dan Indonesia tidak lagi perlu impor minyak,” jelasnya.

Sebatas diketahui, pembangunan mega proyek Nasional itu dengan nilai investasi Rp. 199,3 Triliun. Dengan Penetapan lokasi (Penlok) Kilang Tuban berada di lahan seluas sekitar 841 hektar, berada di lahan Desa Wadung, Sumurgeneng, dan Kaliuntu, kesemuanya berada di Kecamatan Jenu.

Luas lahan itu dengan rincian, luas tanah milik KLHK sekitar 348 Ha, luas tanah masyarakat dan desa seluas sekitar 348 Ha, dan sisanya luas tanah milik Perhutani sekitar 109 Ha.

Saat ini masih proses pembebasan lahan. Kemudian direncana konstruksi akan dimulai tahun 2020 dan mulai produksi tahun 2024 mendatang. (rohman)

Tinggalkan Balasan