KKN 54 Trunojoyo Madura Napak Tilas di Desa Soket Laok

halopantura.com Madura – Mahasiswa Universitas Tronojoyo Madura melaksanakan kegiatan kuliah kerja nyata (KKN) di Desa Soket Laok, Kecamatan Tragah, Kabupaten Bangkalan.

Dalam kegiatan it,  kelompok yang diberi nama KKN 54 yang didampingi Rahmawati, selaku dosen pembimbing melakukan kegiatan napak tilas mengenai asal-usul Desa Soket Laok.

“Kita sangat senang melakukan mata kuliah ini,” kata Nahdliyatul Mahmudah, salah satu mahasiswa. Rabu, (23/1/2019) dalam rilisnya.

Kegiatan awal yang dilakukan oleh mahasiswa adalah berfokus pada ajang silaturrahmi kepada kepala desa beserta aparatnya, tokoh masyarakat, dan tidak lupa juga masyarakat sekitar desa setempat.

Desa Soket Laok adalah desa yang terbesar dan terluas di Kecamatan Tragah, Kabupaten Bangkalan. Desa itu terdiri dari 6 dusun yakni Guwah, Duwa’ Daging, Pang Macan, Batu Kerrang Atas, Batu Kerrang Bawah, Gundhul.

Setiap daerah dan tempat pasti memiliki asal-usul dan sesuatu yang khas, begitu juga Soket Laok tepatnya Dusun Guwah yang ditempati mahasiswa KKN 54.

Berbagai informasi mengenai asal-usul Desa Soket Laok didapatkan dari berbagai narasumber, salah satunya adalah Hamid selaku ta’mir masjid Dusun Guwah yang masih keturunan dari leluhur Desa Soket Laok.

Soket Laok berasal dari bahasa Jawa, soket berarti rumput dan laok berarti selatan. Jadi jika diartikan secara lengkap Soket Laok bermakna rerumputan yang paling banyak tumbuh lebat di daerah selatan.

Hamid menambahkan asal-usul Desa Soket Laok berasal dari seorang leluhur  yang bernama Buju’Ni’mah atau yang disebut Buyut Ni’mah.

Menurut cerita, awal mulanya adalah saat beliau bertapa di Gua Buju’ yang diperkirakan meninggal oleh masyarakat setempat, kemudian ditengok dan diangkat oleh masyarakat keluar dari gua, ternyata saat ditemukan beliau masih hidup dan jenggotnya tumbuh rumput yang kemudian diberi julukan Buju’ Jenggu’ (baca: buyut jenggot).

Keunikan yang ada di Desa Soket Laok adalah batu mistis yang ada di masjid Dusun Guwah. Konon ceritanya batu itu tidak boleh untuk diinjak karena dipercaya keramat. Batu itu istiqomah digunakan Buyut Ni’mah sebagai pijakan saat berwudhu.

Pernah ada cerita bagi siapa saja yang sudah mengetahui kisah di balik batu mistis itu dan dia menginjaknya, maka saat itu pula langsung lumpuh kakinya, sakit bertahun-tahun, dan sampai pada akhirnya meninggal dunia.

Banyak kisah yang lain dan unik yang menarik untuk diulas dari Desa Soket Laok ini, sebagai generasi muda perlulah untuk mengetahui bahkan melestarikan sastra lisan yang berkembang di setiap daerah sebagai pelajaran hidup dari leluhur sebelumnya. (Nahdliyatul Mahmudah*)

*Mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Trunojoyo Madura

Tinggalkan Balasan