Kucurkan Rp 255 Miliar, BKNI-RI Bakal Bangun Tiga Faskes Wisata Ekologi di Tuban
halopantura.com Tuban – Badan Ketahanan Nasional dan Internasional Republik Indonesia (BKNI-RI), bakal membangun layanan fasilitas kesehatan (Faskes) khusus lanjut usai (lansia) di wilayah Kabupaten Tuban. Faskes itu melayani masyarakat lokal hingga mancanegara.
Rencana pembangunan faskes berbasis wisata ekologi (Medical Ecotourism Senior Living) itu berada ditiga titik. Yakni di Desa Mander Kecamatan Tambakboyo, Desa Tunggul Rejo Kecamatan Singgahan, dan Desa Karang Tengah Kecamatan Jatirogo.
“Tiga lokasi sudah kita survei dan hasilnya sangat layak, kita juga sudah bertemu dengan pak Wabup,” ungkap Presidium BKNI-RI, Tri Harsono, Jumat, (21/2/2020).
Menurutnya, program fasilitas kesehatan ini berbasis wisata ekologi (Medical Ecotourism Senior Living) untuk membangun sebuah kawasan dalam rangka menghadiri para turis mancanegara agar berkunjung di Tuban. Konsepnya juga dengan mengadopsi kearifan lokal.
“Program ini tentunya bekerjasama dengan Pemkab setempat untuk membangun wisata yang sudah ada atau belum, tujuannya penguatan ekonomi kerakyatan,” jelas Tri Harsono.
Menurutnya, jika pembangunan ini berjalan lancar tanpa ada kendala, maka akan berdampak pada kemajuan perekonomian di wilayah Tuban. Termasuk mampu meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Tuban, dan bisa menyerap tenaga kerja lokal baik medis dan non medis.
“Dampaknya juga pada berkurangnya angka pengangguran di Tuban,” terang Presidium BKNI-RI ini.
Sisi lain, ia menjelaskan program fasilitas kesehatan ini menelan biaya sekitar Rp 75 miliar hingga Rp 85 miliar untuk satu titik. Dengan rincian biaya digunakan untuk pembangunan, pembebasan lahan seluas kurang lebih 5 hektar untuk satu titik, dan fasilitas lainnya.
Sehingga total anggaran di tiga titik ini telah disiapkan sekitar Rp 255 miliar. Sumber anggaran tersebut dari pihak swasta tanpa ada anggaran dari pemerintah.
“Biaya sekitar Rp 75 miliar hingga Rp 85 miliar untuk satu titik. Sumber anggaran bukan dari Pemerintah. Modal enam bulan sudah bisa kembali tidak sampai setahun jika sudah beroperasi,” terangnya.
Namun begitu, sejauh ini belum ditentukan kapan dimulai proses pembangunan fasilitas kesehatan tersebut. Karena sejauh ini masih melengkapi sejumlah dokumen lantaran melibatkan beberapa kementerian.
Kemudian satu kawasan ini direncanakan ada sebanyak 300 kamar, dan didalamnya ada sejumlah fasilitas kesehatan. Satu pasien lansia mancanegara akan dikenakan tarif Rp 100 juta setiap bulannya.
“Tarif setiap bulan mencapai Rp 100 juta bagi pasien lansia mancanegara, dan para pasien sudah banyak yang menunggu,” jelasnya.
Mahalnya tarif itu nantinya akan dijadikan biaya subsidi silang untuk masyarakat lokal yang kurang mampu.
“Masyarakat setempat nantinya akan mendapatkan manfaat pelayanan kesehatan secara gratis khusus bagi yang tidak mampu,” jelasnya.
Program ini telah dilakukan riset sejak tujuh tahun yang lalu. Dengan klinik yang memiliki standar aturan Perda dan Kemenkes. Namun konsepnya dibangun dengan Faskes berbasis wisata ekologi untuk menarik para turis mancanegara.
“Risetnya sudah tujuh tahun yang lalu, program ini untuk menghadirkan para turis mancanegara khususnya lansia maupun non lansia. Sehingga mereka bisa menikmati keindahan alam Indonesia, termasuk Tuban,” ungkapnya.
Lebih lanjut, projek awal ini sudah ada 50 Kabupaten di Indonesia yang telah di survei. Khusus Provinsi Jatim ada empat Kabupaten, yakni Sampang, Pasuruan, Lumajang, dan Tuban.
“Program fasilitas kesehatan ini dibangun sebagai tempat tinggal lansia yang nyaman. Dengan melihat kearifan lokal di daerahnya masing-masing, dan perawatan dokter kita jamin,” pungkasnya. (rohman)
Sampe sekarang belom Ada realisasi