Lambang Garuda Memiliki Hubungan Erat dengan Sejarah Kediri

halopantura.com Kediri Kota – Peringatan Hari Lahir Pancasila pada 1 Juni, ditetapkan langsung oleh Presiden Joko Widodo melalui Keputusan Presiden No. 24 Tahun 2016. Pemilihan tanggal tersebut didasarkan pada momen pidato Ir. Soekarno saat menyampaikan gagasan tentang dasar negara Indonesia di sidang BPUPKI.

Pancasila dipilih sebagai dasar ideologi berbangsa dan bernegara dengan Burung Garuda sebagai lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Hari Lahir Pancasila merupakan waktu yang tepat, untuk mengenang, menghormati, sekaligus menghargai pejuang para pendiri bangsa.

Dalam momentum peringatan Hari Lahir Pancasila, Walikota Kediri Abdullah Abu Bakar, menerangkan bahwa lambang garuda sangat erat berhubungan dengan sejarah Kediri.

Kota Kediri memiliki artefak dan situs kuno yang menunjukkan ada relief dan lambang garuda. Seperti, arca Raja Airlangga yang mengendarai garuda di depan Museum Airlangga. Ada juga lambang burung garuda yang terdapat di empat sisi umpak situs Setono Gedong.

Kepala Disbudparpora, Nur Muhyar, melalui sambungan telepon, menjelaskan lambang ataupun simbol-simbol dari kerajaan terdahulu tersebut yang memberikan inspirasi bagi lambang pemerintahan, khususnya di Kota dan Kabupaten Kediri.

“Pada masa kerajaan Sri Aryeswara digunakan lencana atau simbol Dewa Ganesha. Ini kemudian yang digunakan sebagai simbol Kabupaten Kediri. Untuk (lambang) Pemerintah Kota Kediri, simbol pemerintahannya merujuk pada Raja Airlangga, karena menyerupai Garuda,” ungkapnya.

Sementara itu, ditemui di Museum Airlangga, salah satu staf Sejarah dan Kepurbakalaan, Disbudparpora Kota Kediri, Dwi Aris Setiawan menjelaskan, Garuda memiliki sejarah yang panjang, khususnya di Tanah Air.

“Kerajaan Kahuripan memiliki lambang burung garuda, sebelum kerajaannya tersebut dibagi menjadi dua, Kediri dan Jenggala. Raja Airlangga sendiri dianggap sebagai titisan Batara Wisnu yang kendaraannya adalah Garuda Wisnu Kencana. Jadi jauh sebelumnya, lambang Garuda telah digunakan oleh Kerajaan Kahuripan,” ungkap Dwi Aris. (yud/fin/roh)

Tinggalkan Balasan