Manfaatkan Limbah Kulit Nanas Menjadi Obat Luka

Oleh : Teguh Dwi Saputro*

halopantura.com SurabayaLuka merupakan salah satu gangguan atau kerusakan dari keutuhan kulit. Proses penyembuhan luka dapat sembuh dengan sendirinya jika didukung dengan kondisi yang optimal namun akan mengalami kegagalan penyembuhan jika ada faktor yang menghambat sehingga luka sulit untuk sembuh.

Beberapa faktor yang diketahui secara klinis dapat menghambat proses penyembuhan luka seperti hipoksia, infeksi, tumor, gangguan metabolik seperti diabetes mellitus, adanya debris dan jaringan nekrotik, obat-obatan tertentu, dan asupan nutrisi yang tidak adekuat.

Menurut WHO (2016), diperkirakan saat ini ada sekitar 6 juta orang menderita luka kronis maupun akut di seluruh dunia. Kejadian infeksi luka post operasi mencapai 11,8 per 100 prosedur pembedahan atau berkisar 1,2% sampai 23,6%.

Sedadngkan di Indonesia berdasarkan hasil Riskesdas (2013) angka kejadian cedera secara nasional mencapai 8,2%. Penyebab cedera terbanyak adalah jatuh (40,9%), kecelakaan kendaraan bermotor (40,6%), cedera karena benda tajam/tumpul (7,3%), transportasi darat lain (7,1%), serta kejatuhan (2,5%).

Berdasarkan data diatas, prevalensi kejadian luka cukup tinggi setiap tahunnya. Selain itu luka yang tidak sembuh dengan baik dapat mempengaruhi kondisi dari penderita dan juga mengakibatkan pengeluaran biaya perawatan luka yang dialami cukup tinggi.

Salah satu alternatif untuk pengobatan penyembuhan luka yaitu dengan memanfaatkan potensi dari sumber daya alam yang dianggap tidak berguna, yaitu kulit buah nanas. Selama ini, buah nanas hanya dimanfaatkan daging buahnya saja untuk dimakan dan dimanfaatkan dalam berbagai bentuk olahan pangan lainnya, sedangkan kulitnya dibuang begitu saja tanpa dimanfaatkan kembali sehingga limbah kulit nanas menumpuk dan menjadi masalah kebersihan lingkungan.

Padahal kulit nanas mempunyai kandungan yang berpotensi untuk dijadikan sebagai sediaan obat untuk luka. Kulit nanas mengandung zat aktif yang dapat mempercepat penyembuhan luka.

Melihat kejadian tersebut, tiga mahasiswa Universitas Airlangga yang terdiri dari Teguh Dwi Saputro dari Fakultas Keperawatan, Fina Ainur Rohmah Fakultas Keperawatan, Windi Nurhidayah Fakultas Kedokteran Hewan yang dibawah bimbingan Rista Fauziningtyas, saling berkolaborasi dalam satu tim PKM-PE untuk melakukan penelitian dengan memanfaatkan limbah kulit nanas.

Limbah kulit nanas diekstrak terlebih dahulu kemudian dikembangkan sebagai obat luka dalam sedian gel.

Ide ini berawal dari keprihatinan Teguh Dwi Saputro (anggota tim) yang melihat banyak limbah kulit nanas yang belum dimanfaatkan secara maksimal karena dibuang begitu saja dan berpotensi untuk menjadi limbah, sehingga dia termotivasi untuk menjadikan sesuatu yang bermanfaat yang selanjutnya dia wujudkan dengan mengajak teman – temannya menjadi tim PKM-PE.

Berdasarkan studi literature yang telah mereka lakukan bahwa kulit nanas mempunya kandungaan flavonoid, tanin, saponin, steroid, fenol, dan asam amino yang berpotensi dalam penyembuhan luka. Selain itu pemanfaatan limbah kulit nanas menjadi obat luka dalam sediaan gel akan mengurangi limbah yang menimbulkan masalah kebersihan.

Kulit nanas yang telah dibersihkan, kemudian dikeringkan dengan cara diangin – anginkan tanpa terkena sinar matahari secara langsung. Selanjutnya dihaluskan dan diekstrak. Ekstrak yang telah jadi kemudian diolah menjadi sediaan gel. Begitulah proses secara singkat pembuatan sediaan gel ekstrak kult  nanas. Kata fina, selaku ketua tim.

Ekstrak yang telah jadi kemudian di bagi menjadi beberapa kosentrasi kemudian di ujikan pada tikus putih yang telah di lukai insisi. Hasil perawatan luka insisi dengan ekstrak kulit nanas dalam bentuk sediaan gel dibandingkan dengan proses penyembuhan menggunakan obat yang biasa digunakan masyarakat. Tambah Windi,, anggota tim.

Teguh mengatakan bahwa mereka memlilih sediaan gel karena memliki kelebihan yaitu Kandungan air yang tinggi dalam basis gel dapat menyebabkan terjadinya hidrasi pada stratum korneum sehingga akan memudahkan penetrasi obat melalui kulit.

Gel mempunyai sifat yang menyejukkan, melembabkan, mudah pengunaannya, mudah berpenetrasi pada kulit sehingga memberikan efek penyembuhan. Selain itu gel mudah diaplikasikan pada kulit, tidak mengiritasi dan nyaman digunakan pada kulit. Digunakan basis gel hidrofilik karena daya sebar pada kulit baik, efeknya mendinginkan, tidak menyumbat pori-pori kulit, mudah dicuci dengan air dan pelepasan obatnya baik.

Diharapkan hasil dari studi PKM – PE yang berjudul efektivitas ekstrak etanol kulit nanas (Ananas comosus L. Merr) terhadap penyembuhan luka insisi pada tikus putih (Rattus norvegicus) dalam sediaan gel dapat memberikan kontribusi dalam peningkatan pengembangan obat tradisional Indonesia. Dengan memberikan dukungan ilmiah pada tanaman – tanaman yang berpotensi sebagai komponen pembentuk obat tradisional. (*Mahasiswa Universitas Airlangga)

Tinggalkan Balasan