Masyarakat Resah, Penyakit Sapi Lato-lato di Tuban Kian Mengganas
halopantura.com Tuban – Wabah penyakit Lumpy Skin Disease (LSD) atau yang dikenal masyarakat sebagai penyakit lato-lato yang menjangkit ternak sapi di wilayah Kabupaten Tuban, kian meluas alias mengganas.
Ratusan ternak sapi dikabarkan terpapar gejala virus yang mirip cacar air tersebut. Kondisi tersebut membuat masyarakat dan peternak was-was karena sudah banyak sapi mati diduga terjangkit penyakit lato-lato itu.
“Sapi jenis limusin ini saya beli seharga Rp 13,5 juta, dan sakit sudah 13 hari tidak bisa berdiri karena sakit LSD,” kata Arif dengan nada resah salah satu warga Desa Gaji, Kecamatan Kerek, Kabupaten Tuban, Kamis (4/5/2023).
Dirinya sampai saat ini masih khawatir karena sudah dua kali memanggil dokter hewan untuk mengobati sapinya yang mengalami luka kulit bentol-bentol di sekujur tubuh. Usaha itu belum berhasil, bahkan terlihat dibagian perut sapi mengalami luka bengkak yang cukup parah diduga karena terjangkit virus tersebut.
“Sudah 2 kali dipanggilkan dokter hewan. Sudah dicoba herbal dan disuntik semuanya dicoba tapi masih sekarat. Sapi bisa makan minum tapi disuapi,” keluh Arif sambil melihat kondisi sapinya.
Selain itu, masyarakat merasakan wabah penyakit LSD ini berdampak terhadap perekonomian. Sebab, harga hewan ternak yang terkena penyakit kulit ini langsung merosot alias anjlok.
“Yang diresahkan kalo ada lato-lato lagi dan harganya turun. Jelang Idul Adha harusnya bisa mahal atau lebih tinggi,” tambah Sumari, pemilik sapi asal Desa Kedungrejo, Kecamatan Kerek, Tuban.
Ia berharap pemerintah setempat segera turun tangan untuk memberikan solusi terkait masalah tersebut. Sehingga, kasus penyakit ini tidak kian meluas dan harga sapi kembali stabil.
“Harapan untuk pemerintah agar memberikan solusi atau suntik masal terhadap sapi yang terkena lato-lato ini. Harapannya harga sapi mahal,” ungkapnya.
600 Sapi Terjangkit
Menindaklanjuti adanya laporan masyarakat terkait penyakit LSD yang menyerang ternak sapi, tim Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan Kabupaten Tuban (DKP2P) Kabupaten Tuban, telah turun ke lapangan dalam rangka pencegahan.
“Kita turun juga untuk memastikan apa yang sebenarnya terjadi di lapangan, sebab angka kasus LSD belakangan ini meningkat,” ungkap Kepala Dinas DKP2P Kabupaten Tuban Eko Arif Julianto.
Pihak dinas setempat mencatat sudah ada sekitar 600 kasus terkait ternak sapi yang terjangkit LSD sampai akhir April tahun 2023 ini. Kondisi itu diyakini akan meluas karena vaksin belum tersedia.
“Untuk PMK vaksinnya sudah tersedia dan mencukupi. Sedangkan untuk LSD ini masih belum tersedia. Sehingga sampai bulan April 2023 LSD di Tuban mencapai 600 kasus,” tegasnya.
Langkah tim turun ke lapangan itu juga dilakukan untuk memastikan jumlah kasus kematian ternak yang diduga terjangkit LSD. Tim kebawah juga untuk mengobati ternak yang sakit.
“Ini juga sebagai langkah kroscek kita untuk memastikan angka kematian dan penyebab matinya ternak,” terang Eko Arif Julianto.
Baca juga : Dinas Pendidikan Tuban Diminta Tekan Angka Putus Sekolah
Baca juga : Sepuluh Hari 12 Sapi Mati, Penanganan Wabah PMK di Tuban Dinilai Lamban
Lebih lanjut, Arif mengimbau kepada peternak selalu mengecek kondisi ternaknya. Jika menemukan gejala seperti demam pada ternak, muncul benjolan pada kulit, kaki bengkak, dan ternak kehilangan nafsu makan, agar segera melapor ke petugas kesehatan hewan.
“Saya selalu ingatkan untuk lapor dan proaktif sehingga langkah yang dilakukan bisa tepat, dan kita bisa menekan penyebaran penyakit LSD ini,” pungkasnya. (rohman)
[…] Baca juga : 2 Orang Tewas Usai Motornya Tabrak Mobil Panther di Jombang […]