Pengurus Kelenteng Ungkap Faktor Utama Penyebab Patung Dewa Runtuh

halopantura.com Tuban – Di tengah Pandemi Covid-19, Patung Dewa Perang Yang Mulia Kongco Kwan Sing Tee Koen yang berada di Kelenteng Kwan Sing Bio Tuban, tiba-tiba runtuh, Kamis, (16/4/2020) sekitar pukul 10.00 Wib.

Kini kondisi patung setinggi 30,4 meter itu hanya menyisakan kerangka bangunan dan tiang rangka yang menjulang ke atas.

Mendapat kabar itu, Kapolres Tuban AKBP Ruruh Wicaksono langsung terjun ke lokasi kejadian dalam rangka melakukan pengecekan guna proses penyelidikan lebih lanjut. Serta, sejumlah anggota juga telah memasang garis polisi melingkar diarea patung dewa supaya tidak terjadi hal-hal yang tak diinginkan.

“Kita sudah pasang garis polisi atau police line tadi, melingkari patung,” ungkap Kapolres Tuban didampingi Alim Sugiantoro Ketua Penilik Domisioner Kelenteng Tuban.

Pengurus kelenteng menilai runtuhnya patung terbesar se-Asia Tenggara itu disebabkan sejumlah faktor. Diantaranya, bisa disebabkan tiupan angin dan cuaca hujan, sehingga material patung runtuh ke bawah.

“Kalau keterangan pengurus kelenteng tadi bisa jadi karena angin dan cuaca panas hujan. Bisa jadi karena material rontok akibat konstruksi bangunan,”  beber Kapolres Tuban.

Beruntung dalam kejadian itu tidak ada korban jiwa yang meninggal dunia. Pasalnya, saat kejadian disekitar lokasi tidak ada pengunjung karena kelenteng ditutup akibat Pandemi Covid-19.

“Tidak ada korban jiwa,” terang  Kapolsek Kota Tuban AKP M. Geng Wahono.

Namun begitu, suara yang diakibatkan runtuhnya patung itu membuat masyarakat yang tinggal disekitar kelenteng kaget dan terkejut. Bahkan, sejumlah warga mengira suara runtuhnya patung itu dikira ada pesawat yang jatuh di area kelenteng.

“Sejumlah warga sempat kaget dan panik, saya kira ada pesawat yang jatuh,” ungkap Endang salah satu warga yang tinggal di belakang Kelenteng Tuban.

Sementara itu, Alim Sugiantoro Ketua Penilik Domisioner Kelenteng Tuban menyampaikan, runtuhnya bangunan patung ini murni disebabkan gejala alam. Diantaranya, terkena tiupan angin laut dan terkena hujan.

“Patung yang runtuh ini murni karena gejala alam. Setelan ini kita akan melakukan koordinasi dan evaluasi guna menentukan langkah selanjutnya setelah kejadian ini,” terang Alim panggilan akrab Ketua Penilik Domisioner Kelenteng Tuban.

Sebatas diketahui, patung dewan itu dibangun mulai sejak tahun 2015 silam dengan total biaya lebih Rp 1,5 miliar dari salah satu donatur asal kota Surabaya. Dalam proses pendirian patung itu sempat dilarang oleh Pemkab Tuban dan dihentikan. Tetapi pengurus kelenteng masih nekat meneruskan hingga ada peresmian patung.

Patung diresmikan oleh Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Zulkifli Hasan, Senin, (17/7/2017). Termasuk keberadaan patung itu mendapatkan rekor MURI sebagai patung terbesar se-Asia Tenggara. (rohman)

Tinggalkan Balasan