PON Papua Serap 27 Ribu Tenaga Kerja
Jakarta – Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga, Gatot S. Dewa Broto, mengungkapkan bahwa Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua telah menyerap 27 ribu tenaga kerja.
“Tenaga kerja tidak hanya venue tapi juga panpel dan sebagainya, hampir sekitar 27.000 sudah, sedang dan akan terlibat pada saat PON, dan itu jumlah yang lebih besar dari Asian Games,” kata Gatot dalam konferensi pers virtual FMB9, Kamis, (2/9/2021).
PON XX Papua, menurut Gatot, akan melibatkan 6.500 atlet –total 13.000 dengan ofisial — bersama 25.000 relawan yang sebagian besar, meskipun tidak ada diskriminasi, diutamakan warga asli Papua.
Dalam penyelenggaraannya, Gatot mengatakan, panitia akan menerapkan sistem semi-buble yang akan membatasi pergerakan para atlet.
“Semi-buble itu pergi dari wisma atlet, kemudian langsung stadion. Jadi, paling banter kalau mereka pergi ke tempat mamak-mamak jualan, UMKM yang ada, agar memanfaatkan penjualan marchendise dengan baik,” ujar Gatot.
Sistem gelembung tersebut juga membuat para atlet tidak dapat mengunjungi tempat pariwisata. Hal itu terpaksa diterapkan untuk menghindari munculnya cluster baru. Namun, menurut Gatot, bagi jurnalis dan masyarakat, panitia tidak menerapkan pembatasan seperti itu.
Selain diharapkan mencapai sukses ekonomi, PON Papua juga diharapkan membawa sukses prestasi dengan kemunculan rekor nasional, rekor Asia dan bahkan rekor dunia. Pada PON Jawa Barat 2016 misalnya, terdapat empat rekor dunia yang berhasil dicetak para atlet.
“Di negara manapun ada yang namanya PON yaitu national sports game, dan biasa IOC melihat seberapa jauh pemecahan rekor dunia itu terjadi. Makanya kami juga mengundang pihak perwakilan dari asing, dari federasi sport internasional karena kalo mereka tiak hadir tingkat akurasi di level dunia tidak sah,” kata Gatot.
“Kami sedang koordinasi karena kedatangan warganegara asing harus kena karantina dan lain-lain, ini sedang kami proses,” Gatot melanjutkan.
Sementara, kedatangan para atlet ke Papua, Gatot menambahkan akan “meng-copy paste” Olimpiade Tokyo agar tidak datang secara bergerombol.
“Jadi, ada hitungannya, H-2 itu mereka mulai datang, H+2 seusai pertandingan, enggak usah jadi suporter kontingen sesama daerah, harus out dari Papua. Ini bagian untuk mengurangi pandemi COVID-19,” kata Gatot. (Arindra Meodia/ Dadan Ramdani)
Sumber : Antara