Produksi Sendiri, Santri Kebonharjo Bagi-bagi Masker Pencegah Covid-19
halopantura.com Tuban – Suara mesin jahit terdengar cukup nyaring di salah satu ruangan di Ponpes Nahdlatut Tholibin al-Islamiyyin (NTI) Desa Kebonharjo Kecamatan Jatirogo, Kabupaten Tuban, Jatim.
Disitu ada sejumlah santri yang tengah memproduksi masker secara mandiri. Ratusan masker itu dikerjakan santri yang selama ini mendapatkan pelatihan menjahit di Balai Latihan Kerja (BLK) atau laboratorium menjahit milik pesantren.
Satu masker bisa selesai hanya 5 menit, dan hasil produksi masker itu tidak untuk dijual. Tetapi dibagikan secara gratis kepada seluruh santri putra dan putri dalam upaya pencegahan penyebaran Covid-19.
Masker juga diberikan kepada para kyai dan puluhan guru yang mengajar di MTs dan MA Unggulan Ulumiyyah Kebonharjo, yang terintegrasi dengan Ponpes NTI. Apalagi saat keberdayaan masker masih sulit didapatkan.
“Masker dibagikan secara gratis,” kata Pengasuh Ponpes NTI Kebonharjo, KH Achmad Alam Farid, Sabtu, (28/3/2020).
Ia menyampaikan, produksi masker dilakukan mandiri lantaran pihak pesantren kesulitan mendapatkan barang itu di toko. Sedangkan pesan online pun, beberapa penjual mematok harga cukup tinggi.
“Saat ini keberadaan masker sulit didapat, maka kita buat sendiri,” ungkapnya.
Menurutnya, produksi masker mandiri ini merupakan salah satu upaya untuk mencegah penularan virus korona di masyarakat. Masker-masker tersebut dibagikan kepada ratusan santri yang sementara waktu dipulangkan ke rumah masing-masing.
“Ini kami bagikan gratis kepada seluruh santri dan guru pengajar. Sabtu mereka kami pulangkan, yang dekat diantar menggunakan kendaraan. Sedangkan yang jauh dijemput keluarga menggunakan mobil pribadi. Mereka kami bekali masker,” terang Farid.
Sejatinya pihak pesantren berkeinginan memproduksi lebih banyak lagi masker untuk dibagikan gratis kepada warga. Namun, hal itu terkendala dengan banyaknya santri peserta BLK yang terpaksa pulang karena wabah korona.
“Keinginan saya ingin membuat masker sebanyak-banyaknya untuk warga. Tetapi, saya lihat anak-anak dulu, mereka yang tergabung dalam kelas menjahit pulang atau tidak. Kami ingin pesantren bisa bersumbangsih membantu pencegahan korona,” ujarnya.
Seorang santri pembuat masker, Dewi Masitoh mengaku baru pertama kali menjahit masker. Namun, ia tidak kesulitan untuk menyelesaikan satu masker dalam waktu hanya beberapa menit saja.
“Masker yang dibuat berbahan kain jenis wolly crepe. Satu masker bisa selesai hanya 5 menit saja. Justru yang butuh waktu lama adalah proses pemotongan kain. Kami lembur malam sampai dini hari untuk menyelesaikan ratusan masker,” jelasnya.
Sebetas diketahui, Ponpes NTI Kebonharjo merupakan pesantren yang berada di bawah naungan Yayasan Ponpes Albaramawy. Selain Ponpes NTI, di bawah yayasan tersebut ada juga madrasah formal MTs dan MA Unggulan Ulumiyyah. Santri peserta BLK adalah lulusan MA Unggulan Ulumiyyah. (mus/roh)