Pusaka Keris Sumenep Rambah Pasar Luar Negeri
halopantura.com Sumenep – Pusaka Keris masuk kategori warisan nenek moyang masyarakat Jawa dan pararatonnya yang sangat kental kala itu hingga sekarang.
Selain itu, keris padaa jaman pararaton selain senjata adalah melambangkan kepribadian dalam memimpin roda-roda pemerintahan di kala itu, sangat jarang sekali keris di jamannya di pergunakan untuk melukai musuh-musuhnya. Namun keris adalah melambangkan filosofi antara lakon pribadi, kultur masyarakat yang dipimpinnya kala itu.
Hingga kini budaya keris khusunya di pulau Garam Sumenep Madura Jawa Timur masih eksismembudi dayakan bilahan-keris dan masih tetap memakai lakon layaknya empuh jaman kuno.
Salah satu bukti di antaranya empu Muda Abu Zairi Tosan Aji, namanya yang masih melestarikan budaya perkerisan di kampungnya yakni Desa Palongan Kabupaten Sumenep.
Katakanlah mengapa Keris mengandung filosofi yang mendalam.? empu muda menjawap dengan jawaban pertanyaan “mengapa konon Sultan Agung Hanyokrokusumo ketika awal masa pemerintahannya sering memesan keris Luk 3 dapur Jangkung kepada KiNom ? Mengapa keris Luk 13 banyak dipesan ketika seorang Raja sudah lama memerintah dan hendak lengser keprabon ? Mengapa keris tangguh Pengging yang paling tinggi maknanya adalah yang ber Luk 9 ? Mengapa keris luk 1 dapur Pinarak selalu mengingatkan bahwa kehidupan kita di dunia ini sesungguhnya hanya sementara untuk mampir duduk (pinarak) ?.
“Kesemua itu ternyata menunjukkan bahwa sesungguhnya keris memiliki makna yang lebih dalam dan sangat kaya daripada sekedar masalah pamor, dapur dan tangguh serta keutuhannya yang sampai sekarang masih terus menjadi perdebatan,” terang Abu Zairi sambil membaca buku pararatonnya.
Ditanya bagaimana bisa paham dari perkerisan yang usianya maih muda “Sebenarnya saya kurang begitu paham secara rinci tentang polemik perkerisan saya hanya meneruskan nenek moyang kita yakni Tosan Aji, beliau adalah seorang empuh yang terkenal di era sebelum majapahit berdiri, Konon Tosan Aji adalah Sahabat karib dari empu Sasi (Murid pertama empu gandring),”. tutur empu Muda itu.
Selain itu banyak dari luar negeri yang berminat dengan garapan empu Muda ini mulai dari pejabat Negeri kayak Fadlizon yang pernah memesannya ke Sumenep, bahkan dari luar negeri pun ada seperti Singgapur, Malaysia, Turki bahkan sampai ke Australia, kalau dari lokal biasanya dari Djokyakarta, Sulawesi, Bali dll. Tambah Abuzairi Tosan Aji itu.
Selain itu empu Muda ini berharap padaa pemerintah Khusunya Kab. Sumenep ikut berperan serta dalam pelestarian budaya pusaka ini yang kini diminati dan di akui dunia, dan kebudayaan ini semoga tidak di ambil atau diakui negara tetangga.tambahnya. (Sapraji/roh)