Rebutan Buceng, Umat Kelenteng Tuban Sisipkan Doa untuk Kedamaian Papua
halopantura.com Tuban – Sejumlah umat yang berasal dari Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD) Kwan Sing Bio Tuban berdoa untuk kedamaian Bangsa Indonesia. Termasuk mendoakan masyarakat Papua untuk menjaga persatuan dan kembali damai pasca insiden demonstrasi di Manokwari dan Sorong, Papua Barat.
Doa para jamaah Kelenteng itu disampaikan ketika menggelar sembahyang bersama dihadapan altar leluhur dalam acara ritual rebutan buceng atau sedekah bumi, dilaksanakan di kelenteng setempat, Kamis, (21/8/2019).
“Di waktu sembahyang kita mendoakan agar Papua bisa segera puluh seperti sebelumnya (kembali damai, red), dan untuk Indonesia makin rukun, maju, dan damai,” ungkap Gunawan Putra Wirawan Ketua TITD Kwan Sing Bio Tuban.
Ia juga mengingatkan agar semua pihak menghilangkan perbedaan dan diskriminasi kepada warga Papua. Karena keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah harga mati.
“Perbedaan segera di hilangkan, karena NKRI harga mati,” ungkap Gunawan usai ritual rebutan buceng di Kelenteng Tuban.
Ritual rebutan buceng yang digelar pengurus telah berjalan ratusan tahun yang lalu, dan dilaksanakan setiap satu tahun sekali. Dengan maksud untuk menghormati dan mendoakan arwah leluhur para umat.
“Sembahyang rebutan ini telah berjalan lama, dan pengurus melestarikan peninggalan leluhur,” kata Ketua Kelenteng.
Sebelum rebutan buceng dimulai, para jamaah klenteng terlebih dahulu melakukan sembahyang bersama dihadapan altar leluhur. Sementara itu ada 1.500 paket makanan atau buceng telah ditata rapi di atas panggung halaman kelenteng.
Begitu sembahyang selesai, ratusan warga baik laki-laki atau perempuan langsung berebut buceng. Sebagian para pria bahkan naik ke atas panggung agar mendapat buceng lebih banyak.
“Rebutan buceng ini untuk warga, dan direbut setelah ritual selesai, ada 1.500 buceng yang kita sediakan di tahun ini,” terang Gunawan panggilan akrab Ketua Klenteng Tuban.
Lebih lanjut, Gunawan menegaskan sembahyang rebutan ini merupakan bagian dari tradisi menghormati arwah leluhur yang sudah tidak terawat. Karena anak cucunya sudah tidak melaksanakan tradisi dan mendoakan mereka.
“Ini adalah sembahyang untuk menghormati arwah leluhur yang kurang terawat, yakni arwah leluhur yang sudah tidak dirawat lagi oleh anak-cucunya karena berbagai hal, kami doakan lewat sembahyang ini, ” terang Gunawan.
Gunawan menambahkan, seluruh buceng itu merupakan sumbangan umat baik Tuban maupun dari luar. “Seperti tradisi tahun-tahun sebelumnya, buceng ini untuk direbutkan masyarakat sekitar,” tegasnya.
Sementara itu, dalam acara itu ratusan warga menyerbu TITD Kwan Sing Bio, di Jalan Martadinata – Tuban. Meraka rela ikut berdesak-desakan untuk ikut berebut buceng. (rohman)