Sempat Dilarang, Cerita Orang Tua Korban Tragedi di Kanjuruhan Malang
halopantura.com Jombang – Jenazah Muhammad Irsyad Arjuned (17), remaja asal Jombang yang menjadi korban tragedi kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang telah dimakamkan, Minggu (2/10/2022) sore.
Pelajar SMK Kecamatan Ngusikan tersebut dimakamkan di tempat tinggalnya, di Dusun Mernung Lor, Desa Sumbernongko, Kecamatan Ngusikan, Jombang, Jawa Timur.
Orangtua korban, Muhammad Arif Junaidi menceritakan, ia sempat melarang anaknya saat pamit berangkat ke Malang menonton pertandingan sepakbola Arema FC Vs Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan.
Namun, karena anaknya dimintai tolong menemani 2 orang saudara sepupunya dari Tulungangung, akhirnya diperbolehkannya.
“Awalnya itu dimintai bantuan kakaknya cewek yang ada di Tulungagung ingin lihat sepak bola. Terus minta dikirim uang buat nonton ke Malang. Saya larang, tapi karena dia dimintain tolong bantu kakaknya akhirnya berangkat ke Malang,” kata Arif.
Lantas, pada Sabtu (1/10/2022) pagi, Irsyad berangkat ke Malang bersama adiknya Novel dengan mengendarai sepeda motor.
Dikatakannya, sebenarnya Irsyad diharuskan berangkat sore, tetapi oleh kerabatnya yang ada di Malang diajak berangkat maghrib ke Stadion Kanjuruhan, Kepanjen.
“Dia (Irsyad) masuk di tribun 12. Habis magrib itu. Padahal disuruh di loket pintu 3,” jelasnya.
Berdasarkan keterangan teman korban yang juga ada di lokasi, ada tembakan gas air mata yang mengarah di tribun 12. Tembakan gas air mata itu saat kericuhan terjadi setelah pertandingan Arema FC vs Persebaya.
“Karena sangat padat, pintu ditutup, berdesakan akhirnya terinjak-injak,” ujar bapak yang memiliki empat orang anak ini.
Akibat tragedi itu, nyawa remaja 17 tahun dan dua orang saudara sepupunya itu tidak bisa diselamatkan. Menurut Arif, kakaknya Haikal dan Astrid ditemukan lebih dulu, sedangkan Irsyad belum diketemukan.
“Kira kira (Irsyad) ditemukan habis salat subuh. Kalau kakaknya sekitar jam 2.00 WIB di Rumah Sakit Wafa Husada Kepanjen,” ujar Arif.
Disampaikan Arif, anaknya ditemukan di Rumah Sakit Wafa Husada Kepanjen Malang dalam kondisi kritis. Karena saat itu banyak korban, sehingga tidak tertolong.
Karena gak ada yang jaga, karena korbannya meluber di situ, karena saking banyaknya, korban akhirnya kejang dan meninggal,” ujar Arif.
Diakui oleh Arif anaknya karap melihat laga kandang Arema di Malang. Anaknya ikut Aremania (fans fanatik arema FC) cabang Megaluh.
Sebelum jenazah dimakamkan, Arif sempat melihat jasad sang anak. Menurutnya, jasad Irsya ada warna kebiruan di tubuh korban.
Luka di kaki dan memar di badan. Kalau wajahnya itu kayak gosong, membiru, karena mungkin kena gas air mata,” imbuhnya.
Arif menambahkan, saat berada di Malang, adiknya Novel tidak ikut menonton karena saat itu kehabisan tiket. Jadi, anaknya saat itu menonton pertandingan bersama dua orang kakaknya dari Tulungagung Haikal, dan Astrid, kakak perempuan yang di Malang. Ketiganya meninggal dunia saat peristiwa tersebut.
Baca juga : Polres Tuban Akhirnya Tetapkan Satu Tersangka Penimbunan Solar Subsidi 1.440 Liter
Baca juga : Presiden Jokowi Minta Kapolri Usut Tuntas Tragedi Kericuhan di Stadion Kanjuruhan Malang
Diketahui, Kerusuhan terjadi setelah Arema FC dipecundangi Persebaya 2-3. Suporter Arema FC yang kecewa masuk ke lapangan Stadion Kanjuruhan dan berusaha mengejar pemain.
Melihat kondisi tersebut, petugas keamanan berusaha menenangkan suporter dengan menembakkan gas air mata ke tribun 10 dan 12 Stadion Kanjuruhan, Kepanjen Malang. (fin/roh)
[…] Sempat Dilarang, Cerita Orang Tua Korban Tragedi di Kanjuruhan Malang […]