Sepanjang 2017, Pemkab Tuban Mencatat Ada 108 Kejadian Bencana

halopantura.com Tuban – Kerugian akibat kejadian bencana selama kurun satu tahun 2017 di wilayah Kabupaten Tuban mencapai Rp 4.016.400.000 dari total 108 kejadian. Hal itu diungkap Pemkab Tuban melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tuban.

“Total kejadian bencana di tahun 2017 mencapai 108 kejadian dengan kerugian mencapai Rp 4.016.400.000,” ungkap Kepala Pelaksana BPBD Tuban, Joko Ludiono, Rabu, (3/1/2017).

Kejadian itu dengan rincian bencana banjir bengawan solo tiga kejadian, banjir bandang enam kejadian, tanah longsor sebelas kejadian, dan pohon tumbang sepuluh kejadian.

Selanjutnya, bencana angin kencang ada enam kejadian, kegagalan teknologi industri satu kejadian, korban tenggelam sembilan belas kejadian, dan paling tinggi ada kebakaran pemukiman ada lima puluh lima kejadian.

“Salah satu bencana kegagalan teknologi industri terjadi kebakaran flare di TPPI Jenu dengan satu korban luka berat dan dua luka ringan,” terang Joko Ludiono.

Korban luka berat itu akhirnya meninggal dunia setalah beberapa hari dirawat dirumah sakit dr Soetomo Surabaya lantaran luka bakar serius. Ia bernama Gunadi (45) yang merupakan pekerja TPPI Jenu warga Kecamatan Jenu.

Baca : https://www.halopantura.com/mengalami-luka-bakar-karyawan-tppi-tuban-akhirnya-meninggal/

“Dari jumlah kejadian itu (108 kejadian, red) ada luka ringan enam orang, luka sedang nihil, luka berat dua orang, dan meninggal dunia 10 orang,” beber Joko Ludiono mantan Camat Grabagan.

Lebih lanjut, untuk bencana kekeringan air bersih melanda 25 Desa 33 dusun terdampak yang tersebar di dua puluh kecamatan yang ada di Tuban. Upaya untuk mengatasi kekurangan air bersih buat warga, Pemkab Tuban melakukan distribusi air bersih di desa-desa terdampak atas permintaan warga.

Setiap hari minimal tiga tangki air bersih di kirim buat warga terdampak. Tiga tangki itu dengan kapasitas rata-rata 6 ribu liter air untuk dua tangki, dan satu tangki kapasitas 5 ribu liter air.

“Salah satu upaya untuk membantu warga terdampak kekeringan dengan melakukan droping air bersih didesa terdampak,” jelas Joko Ludiono.

Baca : https://www.halopantura.com/begini-penjelasan-bpbd-tuban-kenapa-bumi-wali-mengalami-kekeringan/

Sementara itu, sebagai upaya untuk mengurangi terjadinya resiko bencana di tahun 2018 ini, Joko Ludiono, memiliki beberapa starategi. Diantaranya melakukan upaya pengurangan resiko bencana (PRB), menjadikan PRB sebagai budaya masyarakat.

“Selain itu, upaya kita dengan menyusun rencana PRB yang mantap dan bisa diaplikasikan dilapangan. Serta melakukan koordinasi yang maksimal denga stake holder yang lain dalam mengurangi resiko bencana,” jelas Joko Ludiono. (rohman)

Tinggalkan Balasan