Sosialisasi 4 Pilar, Bu Haeny Ingatkan Masyarakat Terkait Pentingnya Etika Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
halopantura.com Tuban – Dra. Hj. Haeny Relawati Rini Widyastuti, M.Si, Anggota MPR/ DPR RI mengingatkan kepada masyarakat terhadap pentingnya menjaga etika kehidupan berbangsa dan bernegara yang menjadi pondasi keberlangsungan hidup suatu bangsa. Dimana, etika itu harus dikedepankan untuk meningkatkan kualitas Bangsa Indonesia dalam kehidupan bernegara.
Hal tersebut disampaikannya ketika melaksanakan sosialisasi empat pilar kebangsaan MPR RI, di Kabupaten Tuban, Senin (28/3/2022). Kegiatan tersebut diikuti kurang lebih 150 peserta yang terdiri dari generasi muda, tokoh masyarakat, kader Partai Golkar, dan pihak lainnya.
“Etika Kehidupan Berbangsa memang sudah tertuang dalam Ketetapan MPR RI Nomor: VI/MPR/2001,” ungkap Bu Haeny panggilan akrab Hj. Haeny Relawati Rini Widyastuti.
Menurutnya, tantangan berbangsa sesuai isi Tap MPR RI tentang Etika Kehidupan Berbangsa terdapat lima aspek yang sampai dengan hari ini masih relevan. Pertama tantangan terkait masih lemahnya penghayatan dan pengamalan agama serta munculnya pemahaman terhadap ajaran agama yang keliru dan sempit.
Kedua tanganan pengabaian terhadap kepentingan daerah serta timbulnya fanatisme kedaerahan. Ketiga kurang berkembangnya pemahaman dan penghargaan atas kebhinekaan dan kemajemukan.
Tantangan ke empat sesuai Tap MPR, kurangnya keteladanan dalam sikap dan perilaku sebagai pemimpin dan tokoh bangsa. Serta kelima, tidak berjalannya penegakan hukum secara optimal.
“Tantangan itu harus dihadapi dengan terus memperkuat etika kehidupan berbangsa dengan selalu bersyukur kepada Allah SWT,” ungkap Bu Haeny Anggota DPR RI yang terpilih dari Dapil IX Provinsi Jatim meliputi Kabupaten Tuban dan Bojonegoro.
Termasuk, Bupati Tuban ke-51 itu mengajak masyarakat untuk memulai melakukan keteladanan dan kesederhanaan berpikir dari diri sendiri, serta menyeimbangkan hidup dan kehidupan serta interaksi sosial.
Hal itu sesuai filosofi ibu jari yang mencerminkan penghargaan serta rasa hormat kepada orang lain, dengan jari telunjuk yang merefleksikan sebaliknya tentang keakuan manusia.
Pada kesempatan itu, Bu Haeny mengutip kata hikmah di hadapan peserta. Yakni, umur adalah kesempatan, muda dengan kesungguhan, dewasa dengan pengajaran, tua dengan kearifan pengalaman.
“Lapanglah dengan kemaafan (pengampunan), sibuklah dengan kebaikan, kayalah dengan kemurahan, dan berbahagialah dengan baik sangka,” pesan ibunda Bupati Tuban Halindra Aditya Faridzky.
Selain itu dalam sosialisasi empat pilar, politisi senior asal Partai Golkar itu menerangkan pentingnya menumbuhkembangkan kearifan lokal dalam setiap sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Terlebih dalam identifikasi serta pemecahan masalah sehari-hari di masyarakat, baik yang bersifat geografis-geopolitis, historis ataupun situasional.
“Kearifan lokal harus dimakna sebagai nilai-nilai, norma, hukum serta pengetahuan yang dibentuk dari ajaran agama, tata nilai tradisi, budaya dan pengalaman,” tambah Bupati Tuban dua periode tahun 2001-2011 itu.
Alumni UGM itu menegaskan, kearifan lokal yang lugas akan mampu membentuk serta menguatkan emphaty, kebersamaan, kegotongroyongan, serta tanggungjawab sosial masing-masing anggota masyarakat. Terlebih di Indonesia, di antaranya, terdiri dari 1.340 suku bangsa dan 2.500 bahasa daerah berdasar Data BPS tahun 2010.
Oleh karenanya, manakala Pemerintah Daerah (Pemkab) Kabupaten Tuban dalam kepemimpinan Bupati Tuban Aditya Halindra Faridzky, menerapkan kearifan lokal pada misi dan programnya untuk pembangunan sarana, prasarana, serta sumber daya manusia, melalui “Mbangun Desa, Noto Kutho”, itu sangat relevan.
“Terlebih dalam situasi global serta adanya tantangan kebangsaan yang bersifat internal, antara lain menurun/berkurangnya keteladanan dalam sikap dan perilaku sebagian pemimpin serta anggota masyarakat. Maka, menerapkan kearifan lokal ini sangat relevan,” tambah Anggota Komisi II DPR RI.
Lebih lanjut, dalam pemaparannya, Bu Haeny juga mengungkapkan pilar-pilar kehidupan berbangsa yang terdiri dari Pancasila, UUD tahun 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika. Empat pilar itu harus terus ditumbuhkembangkan secara lugas dan luas di masyarakat.
“Kami berdoa, semoga esensi kemanusiaan-persatuan-kerakyatan dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia harus didasarkan dan dijiwai dari Ketuhanan Yang Maha Esa,” pungkasnya. (rohman)