Suara Bergema di Wisuda: Saya Bangga Menjadi Sarjana IAINU Tuban

halopantura.com Tuban – Rektor Institut Agama Islam Nahdlatul Ulama (IAINU) Tuban, Dr Luthfi Hamidi, mengajak seluruh lulusan dan mahasiswa IAINU bangga menjadi mahasiswa dan lulusan dari kampus NU ini.

Suara ajakan Rektor baru itu bergema di ruangan acara wisuda mahasiswa IAINU untuk sarjana strata 1 (S1), Sabtu (21/10/2023). Bahkan Dr.Luthfi mengajak mahasiswa yang diwisuda untuk berdiri dan meneriakkan tiga kalimat dengan semangat.

Tiga kalimat itu adalah “saya bangga menjadi sarjana IAINU Tuban, saya sarjana NU, saya adalah berkah bagi alam semesta’’.

Pada gelaran wisuda ke empat itu, IAINU Tuban mewisuda 242 mahasiswa dari Fakultas Tarbiyah. Di antaranya 180 dari program studi Pendidikan Agama Islam (PAI), 47 mahasiswa dari program studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) dan 25 mahasiswa dari program studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD).

Wisuda mahasiswa kampus yang dimiliki oleh Nahdlatul Ulama (NU) ini juga dihadiri oleh Wakil Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH. Zulfa Musthofa sekaligus memberikan orasi ilmiah. Hadir juga Prof. Ali Mudhofir perwakilan dari Kopertais Wilayah IV Surabaya serta jajaran pengurus NU Kabupaten Tuban mulai Syuriah, Tanfidziyah serta para banom NU.

Mantan Rektor UIN Purwokerto itu juga berterima kasih kepada para orang tua atau wali wisudawan karena telah memilih dan mempercayai IAINU Tuban sebagai tempat mendidik putra-putrinya.

‘’Terimaksih pada para wali mahasiswa sudah mempercayai IAINU sebagai tempat nggulowentah anaknya,’’ ujar Luthfi Hamidi.

Untuk menjadi berkah bagi alam semesta, pria kelahiran Lamongan tersebut ingin para lulusan tersebut mengembangkan dua hal lagi, setelah yang pertama dia yakin sudah dimiliki para mahasiswa.

‘’Untuk bisa menjadi berkah harus the best, harus punya ruhul ijtihad yang kuat dan tinggi, saya yakin dosen-dosen IAINU sudah mengajarkan, jangan meremehkan ijtihad,’’ pesannya.

Menurutnya mahasiswa harus punya the spirit of inquiry sehingga selalu meneukan hal-hal baru. Boleh cinta jihad tapi ijtihad hatus yang utama, karena jihad biasanya berlaku pada kondisi abnormal.

Yang kedua mahasiswa harus punya the spirit of competition yaitu punya jiwa kompetitif dan harus berani kompetisi dan berani bertarung. Juga punya jiwa uswatun hasanah atau tren setter bukam follower. Yakni orang yang memulai, berani menjadi yang pertama.

“Saya mohon doa agar bisa mewujudkan harapan-harapan agar menjadikan IAINU menjadi semakin maju dan meningkat menjadi universitas semoga terkabul,’’ katanya.

Ketua PCNU Tuban KH.Ahmad Damanhuri Ketua PCNU juga berharap IAINU semakin maju dan berkembang. Kehadiran rektor baru diharapkan membawa angin segar untuk majunya kampus di Jalan Manunggal Tuban tersebut.

‘’Insyallah kehadiran rektor baru adalah the right man on the right place, orang yang tepat. Kami  berharap bisa membangun sinergitas dengan berbagai civitas akademika dan  semoga segera beradaptasi serta  menggerakkan untuk  kemajuan,’’ harap Kiai Daman.

Prof Dr.Ali Mudhofir yang mewakili Kopertais Wilayah IV juga berpesan untuk para wisudawan dengan 4 C . Yakni critical thinking and problem solving, yaitu terus kritis dan mampu memecahkan masalah. Kemudian creatifity atau kreativitas, maka mahasiswa harus selalu punya jiwa yang kreatif.

Lalu communication atau mampu berkomunikasi dengan baik dengan banyak pihak, sehingga punya jaringan dan kesempatan yang luas. Serta collaboration atau kerjasama. Mahasiswa harus bisa dan mampu berkolaborasi dengan berbagai pihak.

Sementara KH.Zulfa Musthofa Wakil Ketua PBNU mengaku bangga dengan perkembangan NU saat ini. Di dunia pendidikan misalnya, sekarang lembaga pendidikan NU luar biasa dan maju. Dibanding 30 an tahun lalu, yang mencari kampus NU saja sama sulitnya dengan mencari papan nama NU di lembaga perguruan tinggi.

‘’Sekarang alhamdulillah kampus-kampus  NU  semakin banyak dan maju. Hampir di tiap kota ada perguruan tinggi NU,’’ ujarnya.

Dia berpesan pada para mahasiswa agar jangan menjadikan gelar akademik sebagai tujuan akhir. Tapi  bagaimana ilmu yang dimiliki punya manfaat dan menjadikan rasa takut pada Allah bertambah.

“Karena  saat ini sulit mencari orang yang ilmunya tinggi begitu juga ketakutannya pada Allah juga tinggi,’’ urainya.

Pada Jaman nabi, dia menyebut banyak orang yang wirai, yakni yang berhati-hati dan rasa takutnya pada Allah sangat banyak.  Sementara orang gemar pidato sedikit. Namun, lanjutnya, pada suatu masa,  akan datang masa sedikit fuqoha yang takut pada Allah, banyaknya sarjana tidak  berbanding lurus dengan orang yang takut pada Allah.

‘’Karena banyak yang punya ilmu tapi, tanggungjawab keilmuannya rendah, bahkan tidak ada. Karena itu, IAINU harus menjadi dan mendidik mahasiswa untuk memiliki tanggungjawab keilmuan. Sehingga, bukan hanya mencetak generasi yang pintar namun juga punya tanggungjawab dengan ilmu yang dimilikinya. (fin/roh)

Tinggalkan Balasan