The Fed Tahan Suku Bunga, Dolar AS Melemah
Hari ini rupiah terlihat perkasa di hadapan dolar Amerika Serikat (AS). Ada alasan kuat mengapa mata uang Paman Sam terlihat loyo hari ini.
Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada mengatakan, penguatan mata uang Garuda hari ini lebih disebabkan sentimen global yang membuat dolar AS melemah terhadap beberapa mata uang negara berkembang.
Hal itu disinyalir sebagai respons dari hasil rapat The Fed (FOMC Meeting) yang memutuskan untuk menahan tingkat suku bunga acuan.
“Di risalah meeting itu, The Fed tidak memberikan sinyal kuat untuk menaikan suku bunganya. Jadi dolar cenderung melemah, termasuk terhadap rupiah,” terangnya saat dihubungi detikFinance, Jumat (26/5/2017).
Menurut Reza alasan The Fed belum memberikan sinyal menaikkan suku bunga lantaran kondisi geopolitik yang tengah terjadi di tubuh pemerintah AS yang kini dipimpin oleh Donald Trump. The Fed seakan meragukan keberhasilan kebijakan-kebijakan yang direncanakan oleh Trump.
“Apakah program-program dari Trump masih berjalan. Kemarinkan sempat ada kekhawaritan masalah internal politik. Ada isu yang menyatakan Trump sampaikan informasi ke Rusia, ini membuat The Fed masih meragukan kebijakan Trump,” imbuhnya.
Sekadar informasi, Rupiah pagi tadi dibuka menguat ke posisi Rp 13.295 lebih tinggi dibanding kemarin sore Rp 13.307. Pada siang ini Rupiah masih berada di jalur hijau dengan kembali menguat ke level Rp 13.291.
Sementara untuk tragedi bom Kampung Melayu, Reza meyakini memang tidak akan mempengaruhi baik pasar uang maupun pasar modal. Sebab titik ledakan bukan di tempat-tempat strategis seperti pusat pemerintahan ataupun pusat-pusat penting perekonomian.
“Dari sisi penanganan juga boleh dibilang cepat. Kemarin kejadian sampai akhirnya menemukan tempat tingal pelaku. Itu akhirnnya membuat pasar tidak terlalu berimbas,” pungkasnya. (ang/ang)
Sumber : detik.com