Video Anak SD Viral, Mahasiswa: Jangan Salahkah Guru Saja

halopantura.com Tuban – Sebuah video seorang anak SD yang memakai seragam dengan logo sekolah terbalik tengah viral di media sosial pada beberapa hari ini, Kamis, (9/1/2019). Bocah itu merupakan siswa kelas satu di Kecamatan Kerek, Kabupaten Tuban, Jatim.

Video viral itu berdurasi satu menit empat detik, dimana siswa polos itu datang ke sekolah dengan mengenakan seragam merah putih, berdasi, dan memakai topi.

Siswa itu datang ke sekolah untuk mengambil rapot. Uniknya, ia memakai seragam dengan logo sekolah terpasang terbalik dan bet nama juga terpasang tak sesuai.

Melihat itu, seorang guru langsung bertanya dengan bahasa Jawa halus kepada muridnya yang akan mengambil rapot.

Setelah ditanya oleh gurunya, sang bocah polos itu menjawab yang memasang logo adalah ibunya. Sang ibu tidak bisa membaca sehingga logo sekolah yang terpasang di sebelah kiri menjadi terbalik.

“Mak e (ibu, red),” jawab bocah SD itu ketika ditanya guru siapa yang memasang logo sekolah.

Menanggapi hal itu, Nur Khamid Kepala Dinas Pendidikan Tuban, sangat menyayangkan dan prihatin dengan kejadian tersebut. Tidak sepatutnya kejadian tersebut diviralkan.

“Saya sampaikan dan saya prihatin, kok masih ada yang mau memviralkan kejadian-kejadian itu,” ungkap Nur Khamid.

Terkait video itu, Nur Khamid menjelaskan, kejadian itu secara tidak sengaja bahwa guru telah melakukan bully terhadap muridnya sendiri. Serta perbuatan itu menunjukkan ketidak cerdasan seorang guru dalam bermedsos.

“Secara tidak sadar, dia (guru, red) membully muridnya sendiri, yang semestinya guru bisa membuat anak-anak rasa nyaman, dan terlindungi di sekolah. Kok anaknya di bully dan sekarang viral di mana-mana,” jelasnya.

Ia berharap kejadian itu tidak terjadi lagi. Termasuk semuanya cerdas dalam menggunakan media sosial, meskipun diawali dengan gurauan.

“Saya harap semuanya cerdas bermedsos, dan kita akan lakukan pembinaan terhadap guru itu,” tegas Nur Khamid.

Sementara itu, Warsono salah satu mahasiswa Prodi Komunikasi Unirow Tuban, menilai kejadian itu tidak sepenuhnya menjadi kesalahan guru saja. Tetapi, persoalan tersebut menjadi evaluasi buat pemerintahan Tuban dalam menekan angka buta aksara.

“Tidak sepenuhnya kesalah guru saja, harapan pemerintah daerah berperan aktif dalam melakukan pembinaan kepada guru, dan terus berupaya untuk memberantas buta aksara,” punyanya. (rohman)

Tinggalkan Balasan