Warisan Leluhur Sejak 1935, Bubur Khas Kampung Arab Tetap Bertahan

halopantura.com Tuban – Tradisi bertahun – tahun pada saat Ramadhan tiba yang barada di kampung arab Tuban, tepatnya di Masjid Muhdor di Jalan Pemuda, Kelurahan Kutorejo, Kecamatan Tuban, tak tergerus oleh waktu. Tradisi itu merupakan warisan leluhur sejak sekitar 1935 selam dan saat ini masih tetap ramai, Sabtu, (27/05/2017).

Tradisi tersebut adalah membuat bubur dengan porsi jumbo yang dimasak dalam kuali berukuran besar dan selanjutnya bubur dibagi secara gratis untuk orang yang buka puasa. Bubur tersebut dikenal luas dikalangan masyarakat dengan sebutan bubur mudhor, yang dimasak langsung oleh pengurus takmir masjid Mudhor.

“Nama bubur ini dulunya belum ada, tetapi karena dibuat di masjid ini, maka sekarang dikenal dengan sebutan bubur Mudhor,” terang Takmir Masjid Mudhor, Baagil Bunumay.

Takmir Masjid Mudhor, Baagil Bunumay.

Setiap hari menjelang waktu sholat ashar sejumlah bahan disiapkan untuk dimasak menjadi bubur. Bahan – bahan tersebut berupa beras, kelapa untuk diambil santanya, dan aneka rempah – rempah yang dibumbui dengan bumbu khas arab.

Cara membuatnya ternyata mudah dan tidak membutuh waktu lama. Dimulai dari beras dan air dimasukan dalam kuali kuningan raksasa dalam waktu sekitar dua jam. Selanjutnya, santan, bumbu, dan rempah-rempah dimasukkan pula didalam kuali itu dan diaduk terus – menerus hingga matang.

“Dulu tungku api untuk memasak menggunakan kayu, dan membutuhkan waktu lama untuk menyalakan api. Tetapi sekerang lebih mudah karena sudah memakai LPG,” terang Baagil.

Menurutnya, pembuatan bubur ini sudah berlangsung lama sekitar tahun 1935 silam, dan saat ini menjadi menu khas buka puasa bersama. Mulai, anak-anak sampai orang dewasa selalu antri setiap hari untuk memperoleh bubur ini.

Antrian ketika bubur di bagi kepada masyarakat.

“Bubur ini setiap hari selalu habis, karena banyak warga yang berbuka puasa di sini dengan menu khas bubur sebagai takjil,” ungkap Pengurus Masjid Mudhor itu.

Baagil menceritakan, jika bubur tersebut awalnya dibuat untuk menyediakan takjil bagi warga miskin dan dhuafa pada masa itu. Setelah lama-lama berkembang, saat ini tidak hanya dibuat untuk dhuafa saja. Namun untuk semua kalangan semua kalangan bisa ikut menikmati dengan datang di masjid ini.

“Dulunya untuk kaum dhuafa dan jamaah iuran, kemudian sampai saat ini sudah di tanggung beberapa orang. Setiap hari beras yang disediakan 30 kg untuk membuat bubur itu,” terangnya.

Lebih lanjut menurut Baagil, bubur Muhdor ini adalah hidangan takjil berbuka puasa dengan bumbu khusus dari timur tengah yang di masak di bulan Ramadan saja. Rasa bubur tetap dijaga dan tidak pernah dirubah ketika membuat.

“Rasanya tetap kita jaga sejak bertahun – tahun,” terang Baagil ketika diwawancarai awak media Tuban.

Bagi warga sekitar kota Tuban yang ingin menikmati khas rasa dan lezatnya bubur mudhor, bisa langsung datang ke Masjid Al Mudhor pada sore hari selama bulan Ramadan. Sebaiknya datang lebih awal agar tak kehabisan. (rohman)

Tinggalkan Balasan